Wednesday, August 27, 2008

Roti Isi Mami

Rogut, saya menyebut cemilan yang berisi wortel, kentang bercampur tepung maizena berlumur seledri serta tumisan bawang. Rogut biasanya disajikan untuk isian risoles dengan tambahan daging didalamnya. Rogut juga bisa diisikan pada lembaran-lembaran kulit roti ataupun kabin-kabin kecil lalu dicampur telur dan digoreng. Disajikan hangat bersama cabe rawit, well… it’s a great morning appetizer.

Setidaknya untuk mengisi perut-perut kosong penghuni kelas UPW (Usaha Perjalanan Wisata) kala itu. Tiap pagi pelanggan-pelanggan setia dari kelas yang dicap sebagai kelas paling ugal-ugalan sepanjang sejarah di sekolah kejuruan paling favorit di kota panas itu sudah menunggu di depan kelas menunggu si penjual roti berisi rogut tersebut menenteng jajanan hangat tersebut sebelum berebut memilih roti yang ukurannya paling besar untuk mereka makan. Jajanan hangat itu sengaja dibuat kala Subuh menjelang, lalu menempati keranjang sepeda ontel berwarna merah yang sekarang ntah sudah diontel siapa. Lalu roti itu akan ditransfer dengan mikrolet berwarna kuning menuju wilayah ter-coret di Surabaya, di sudut sekolah dimana lokasinya dekat TPA yang kadang menebarkan bau parfum sampah antah berantah ketika murid-muridnya sedang asyik bercengkrama dengan buku-buku kala pelajaran sedang dimulai. Hemmm….

Namun jangan kira bau-bau itu mempengaruhi penciuman penghuni kelas tersebut. Dengan lahap mereka akan sudah terlanjur memakan roti-roti berisi rogut itu untuk dikonsumsi dipagi hari sebelum bel berdentang. Bahkan ketika pelajaran sudah dimulaipun, roti-roti tersebut masih menghuni ruangan di bawah meja masing-masing. Bagaimana kalau guru-guru yang super disiplin itu mengetahui? Well, jangan Tanya. Terkadang pak Akhir (guru bidang studi Geografi Pariwisata) itu akan menghampiri si penjual dan berkata,

“Et, aku diingahi Roti isi siji karo tahu isi.” (Et, saya disisain satu roti sama tahu isi, ya)
“Terus apa lagi, Pak?”
“Wis.”

Sayapun tersenyum saja sambil manggut-manggut melihat tubuhnya yang melengos sesudah memesan roti isi itu. Seusai pelajaran usai, Pak Akhir akan keluar membawa buku-buku sandingannya sambil menenteng sebungkus jajanan sesudah membayarnya yang kadang kembaliannya tidak ia minta. Pak Akhir hanya contoh salah satu guru yang suka cemilan itu.

Lemet, kacang goreng, tahu isi juga menjadi side appetizer untuk dikonsumsi penghuni kelas itu di pagi hari. Bukan berarti jualan itu akan langsung habis sebelum bel berbunyi. Terkadang menu-menu yang saya bawa itu masih terkulai dalam tempatnya. Bila sudah seperti itu maka saya akan menyerukan

“Weiii tuku wei… mbayar mene!” (Weiii ayo beli… bayar besok deh!)

Langsung saja mereka menyerbu dan bisa diperkirakan roti dan side menu yang masih tersisa ludes dalam beberapa menit sesudah ACC untuk memberi mereka kredit cemilan itu.

Lima tahun kemudian ketika diadakan reuni kecil-kecilan mereka tetap mempertanyakan keberadaan roti isi itu pada saya. “Kenapa ga diterusin lagi jual roti isinya, Mi?” Roti isi mami. Kata mereka.

*****

Menu :
Roti isi  Rp. 250,-
Lemet   Rp. 250,-
Tahu Isi Rp  250,-
Kacang Rp. 200,-

7 comments:

  1. Lo dulu di STM, ya say,... pantesan sering pagkay kacamadta hidtam ...;p

    ReplyDelete
  2. buat bilen aja ya... bapak emaknya bikin ndiri :)

    ReplyDelete
  3. iya bah... Kok tau sih :p
    Jurusan bangunan, listrik sama elektro
    Kalo minggu jurusan otomotive ...

    ReplyDelete
  4. haduhh.. baca beginian di waktu malem bikin perut ini bertambah laper saja.. ayo tanggung jawab!!

    ReplyDelete