Tuesday, August 18, 2009

Tampomas 16-17 Agustus 2009




“Tingginya Cuma 1690 an”. Kang Asep menyebut Tampomas lebih mirip bukit.
Ya memang hanya 1690M di atas permukaan laut namun sesudah puncak bayangan yang lebih sering kami sebut sadelan, tanjakan berbatu yang lumayan berat membuat kami ngos-ngosan untuk kami lalui. Lumayan mantab untuk memanjakan telapak kaki yang rindu akan belaian lembut debu dan kerikil gunung. Tepat pukul 5.15 sore kami mecapai puncak Tampomas. Tadi siang sekitar jam 11 siang kami mulai perjalanan dengan penuh santai melalui Desa Citimun. Entah berapa kali kami berhenti dan berapa kali juga harus menguatkan semangat teman-teman yang sempat ingin kembali ke starting point ataupun yang terserang kram perut.

Tampomas memang tidak begitu tinggi namun saya belajar banyak. Bagaimana saya harus bersabar untuk menghiraukan yang lain. Bahkan sempat pula menjadi leader yang tidak tahu jalan (xixixix). Jadi sweeper juga sempat karena kala itu saya takut seandainya Arum ataupun Farah mendadak berhenti karena sakit… Semua mendapat jatahnya.

Tampomas buat saya adalah perjalanan penutup yang manis menjelang ramadhan. Tidak terlalu membuat saya ngos-ngosan tapi penuh barokah. Penuh barokah karena saya harus berada di sekeliling teman-teman dari STT Telkom Bandung yang berkerudung panjang nan santun namun tetap berbaur. Meskipun sedikit-sedikit mendengungkan hukum dunia akhirat mereka tetap bisa bercanda saat menerima kenyataan bahwa bapak-bapak bermain judi di depan tenda dan kami kaum ibu-ibu harus memasak di sebelah mereka! Dasar…. :D

Acara memasak juga indah karena pada akhirnya saya tidak sendiri. Masakannya juga yummy dan bermacam-macam.

Lalu sesudah menunaikan upacara bendera dan sesi foto di sana, kamipun menggelinding turun menuju Desa Cibereum selama 3 jam dengan senyum tersungging di tiap langkah yang terjal itu.

Terima kasih pada semua kawan kararemping Tampomas…

Kang Asep the leader selama perjalanan yang tidak henti-hentinya memperhatikan para perempuan di belakang dan tidak engap untuk berkali-kali menunggu dan naik turun membantu kawan-kawan. Juga Ogie serta Aib yang sudah menjadi tuan rumah yang manis, . Thararengkyu yah kang. Indra yang sudah menemani perjalanan selama Bandung-Jatinangor juga dengan ceritanya yang tidak ada hentinya selama perjalanan. Sampai sekarang belum nemu Es cendol nih… (Ini nih cerminan muka-muka Sunda yang kasep pisan euy! Hahahaha)

Teman-teman STT Telkom. Coba kuingat-ingat namanya : Arum, Mery, Ike, Farah, Chiki, Karina dan Ibu Mega, Bo’i, dan Budi hemm. Ade-ade yang manis dan menyenangkan. Sukses buat sekolah dan kerjanya. Nanti kalau ke Bandung jada ada teman-teman hang out baru nih. Tapi jangan diajakin ke Mushola terus ntar panassss… hahahhahaa…. (kidding)

Teman-teman kaskus... Mas Bodrex yang tanpa keringat juga Bang Arie si spesialis jampi-jampi sedot. Ingat akhirat bang udah tua (kata mereka lho.) Jadi kira-kira yang 87 or 89 nih? Apa? 60??? Hahahahaha…


Love you all full dah….