Thursday, August 23, 2007

Sunrise trip to Panderman

Start:     Oct 18, '07 5:00p
End:     Oct 19, '07
Pengennya ke Panderman Malang habis Hari Raya Oktober ini bareng kawan lama yang sempat hilang, Johan. Kata dia berangkat malam n langsung disambut sunrise di puncak paginya. Ada yang mau ikut? Monggo deh....

Wednesday, August 22, 2007

Bromo Mei 2007




With some friends that I have during university.... Reuni gitu deh touring bareng-bareng naik motor. Berangkat Sabtu jam 11 malam nyampe di lautan pasir jam 5. Ga kebagian sunrise :(( tapi tetep seneng.
Next trip ma mereka ke mana lagi ya?

My best friend's wedding




A Long Journey to Argopuro 11-18 August 2007

Pendakian ke Argopuro yang ditawarin Farid jauh hari sebelum keputusan resign dari tempat kerjaan merupakan tawaran yang  menggiurkan. Dengan semangat aku terima ajakan Farid apapun resikonya. Ga nyangka kalo peserta makin banyak menjelang hari H dan tergolong baru buatku.sempet membuatku down adalah mundurnya wisnu dan cepot dari timku yang disiapkan sebelumnya. Tapi prinsip “takkan lari gunung dikejar” melekat di benakku. Jadi ada ga ada tim aku jalan. Dalam pikiranku Argopuro memang masih di tempatnya tapi ga bisa dipungkiri Argopuro merupakan perjalanan panjang dan menjenuhkan andai dilakukan dalan team yang kecil, buatku mendaki gunung yang diperlukan bukan hanya pemandangan dan puncak namun seberapa seru pelaku-pelaku pendakian itu supaya tidak membosankan. Maka dengan jumlah yang demikian banyak akupun makin tertarik untuk packing day pack (hehehe) menyerbu Argopuro. Di sana pasti banyak cerita that’s what I’m sure. Oh ya kali ini san pake jasa porter sesuai perintah dokter. Hiks. Seru juga punya porter bisa dijadiin teman dan jadi ada yang lebih diperhatiin.

 

Day 1 Probolinggo-Bremi

Team dirombak total setelah rombongan besar dari Jakarta datang. Aku mendapatkan Rian, Mahe dan Buluk sebagai teman se team. Jayus menjadi penjadi pembuka situasi kami, yang masak ini lah itu lah ntar … serba hati-hati kalau bicara. Mahe masih belum seganas hari-hari berikutnya juga Buluk belum terlalu jinak. Namun semuanya mencair saat kami tiba di Bremi dan menyiapkan semuanya dengan matang sampe gosong. Hiks…..

Day 2 Bremi-Taman Hidup

Setelah istirahat semalam di pondok pendaki di Bremi, paginya kami memulai pendakian. Sawah dengan jalur yang menanjak adalah welcoming track buat kami. Makan siang dengan menu yang sama seperti sarapan pagi tadi tak menjadi masalah buat perut-perut yang mulai lapar.

Taman hidup kami pijak dikala maghrib hampir menjelang. Sesuai kesepakatan Rian tak ingin setenda dengan perempuan. Jadilah aku dikelompokkan untuk tidur bersama makhluk hermaphrodite yang lain, buluk n mahe. Sedang Rian diijinkan tidur dengan kong Nanda n Kong Farid yang akhirnya diungsikan di tenda si Badung.

Sebelum acara tidur, kami bertiga bergaul ke tenda-tenda cari makanan tambahan perut. Maklum kami termasuk high class group yang nyamar jadi pendaki miskin. Bletaxxx! Hehehe…. Eh, mampir ke tenda om Bongkeng, dapat ransom dari tante Enoy. Roti gulung sosis buat bekal besok pagi. Makasih mak’e………….

 
Day 3 Taman Hidup – Sisentor

Kabut pagi dan danau menjadi view attack yang membuat aku, Buluk dan Mahe tergoda untuk bernarsis-narsis di pagi hari. Padahal mulut bau naga, muka kucel tapi ga menghalangi kami untuk berlari menuju pinggir danau untuk nyicipin morning dew.

Pagi itu pizza menjadi appetizer kami sebelum melakukan pendakian berikutnya. Gimana Luk, He? Mamamia bukan? (Sok Italy gitu deh, kan makan pizza….. Yuuukkk)

 
Berbagai tanjakan kami lewati. Yang paling membuat kami tersiksa adalah saat kami tiba di Taman kering. Sumpeh puanas puolll cuk! Karena kondisi yang cukup melelahkan, kami berjalan lambat sampai akhirnya kali putih yang harusnya kami pijak sebelum maghrib baru tergapai pukul 7.30 malam.

 
Keep on moving to Sisentor

Malam itu setelah makan malam di Kali Putih, Ory the leader berada dalam posisi kejepit yang mengharuskan ia membuat keputusan untuk tetap berjalan memenuhi target, Sisentor ataukah tetap berada di kali putih. Dari beberapa orang yang dimintai jawaban meminta untuk tetap meneruskan perjalanan dengan pertimbangan waktudan jarak akan lebih pendek menuju puncak dan lapak untuk mendirikan tenda yang lebih luas daripada di kali putih. Blothonk memilih tinggal di sana (ya secara tadi dah habis-habisan jalan hehehehe….. jangan sampe lemak keluar lagi malam itu. Hiks. Just kidding mas). Aku kepikiran mbak Rastika yang sudah ancur-ancuran hari itu, bisa ga dia jalan lagi? Aku sendiri awalnya memilih bertahan untuk stay di kaliputih mengingat kondisi fisik yang drop. Namun berbagai masukan membuatku berpikir ulang bahwa aku pasti sanggup seandainya malam itu harus berjalan babi. Ngomong-ngomong soal babi ada pertanyaan serius dari mahe tentang resiko kesudruk babi di malam hari. The leader makin bingung menanggapi pertanyaan kami.

“Apa akan membuat kaki lumpuh seumur hidup mas Ory?” Tanya Mahe. Hemmm keknya Mas Ory n Mas Bowo makin stress ketemu pertanyaan macam ini. Setelah voting dan mendengarkan masukan-masukan dari semua peserta, diputuskanlah untuk lanjut menuju sisentor oleh si pemimpin. Ide mbak Heny untuk berjalan serapat mungkin dan menunggu yang ada di belakang langsung dikabulkan dan dianggap sebagai keputusan mutlak, ga boleh ada satupun peserta yang terpisah. Keril mbak Ika dibawa oleh Rian, hope she can walk. And yes, she could. Perintah untuk mengenakan jaket berdobel disanggupi dengan cepat oleh semua anggota. Kuperhatikan Mahe hanya memakai celana selutut lagi. Wow….. ada kekhawatiran juga mengingat cerita Buluk tentang pasangan homonya ini. semoga dia ga breezed di tengah jalan.

10.30 p.m. we were so tight to walk. Ga ada yang berjalan cepat, andai dirasa terlalu cepat pun, peserta yang di belakang pasti dah teriak “break” dan mereka yang di depan pasti siap siaga menghentikan langkahnya.

Malam yang hangat meskipun hanya bertemaram headlamp. di depanku cahaya sangat terang, ada Mahe sih. Hahahaha….. namun saat Mahe pindah posisi, Blothonk menghalangi, dia cuma bawa satu senter, terus adiknya? Harus pake penerangan kalbu yang didapat dari remang-remang cahaya mas-nya (Mas, itu yang bikin kamu milih tinggal di kali putih ya? Karena bawa senter Cuma satu? Udah gitu kehabisan baterei???? Hahahahha….. gw suka gaya lw!)

Malam itu indah. Kami melintasi savanna -yang mungkin akan lebih indah di siang hari- ditemani hawa dingin yang kadang sampai terasa ke tulang rusuk. Kadang kami juga berhenti untuk menarik napas di, kesempatan itu kami puaskan untuk melihat jutaan bintang yang di atas kami. Dalam keheningan kulihat bintang jatuh.

“San lw lihat ada bintang jatuh ga barusan?” Tanya Buluk yang masih menjagaku di belakang.

“Oh lw liat juga ya Luk?”. Jadi keingat film India Kuch-Kuch Hota Hai pas adegan bintang jatuh. Aku jadi Anjeli, Buluk jadi Buluk Khan (Hahahahahahaha)

“Iya tapi cepet banget. Make a wish apaan lw?”

Ada dech” aku tersenyum.

My wish at that time “ Gw mau teman hidup yang extra ordinary,  yang luar biasa di mata gw.” Yuuuukkkkkkk. Btw, ngefek ga sih make a wish when watching the falling star??

Bintang jatuh kedua yang kulihat lebih indah, lebih jelas dan aku ngulangin lagi making wish, kali ini kusebut nama yang mungkin luar biasa itu.

Maapkan aku ariel, kalo malam itu kamu ga bisa tidur karena kusebut terus (Huekekekekekkek).

 
Kami juga melalui hutan dengan berbagai belukar dan mungkin resiko kesruduk babi yang lagi cari makan di malam hari????? keknya malam itu ga ada babi sama sekali yang say hello to us (sssttt pengakuan Mas Ory  di sikasur, ternyata malam itu banyak banget babi di kanan kiri barisan kami, untung babi-babi malam itu masih bisa ngempet napsunya nyruduk kami!!!! =))

Tepat pukul 1 dini hari, (sesuai estimasi) kami tiba di Sisentor. Baru bongkar packing untuk set up tenda, kulihat Mahe terkena syndrome breezed. Dia kebingungan dan bilang kalo sudah mati rasa kaki dan tangannya.

“He, Lw cepet masuk tenda” Perintah Buluk beberapa saat setelah tenda berdiri.

Setelah tenda terpasang, buru-buru kuambil SB dan kompor untuk Mahe supaya dia merasa hangat.

“Dah nyalain nih kompor, gw ambil ambil barang-barang yang lain dulu.” Kataku. Wajah Mahe pucet dan lempeng banget karena dingin.

“San gw ga bisa nyalain kompor ini.”

What a Mahe!

 

Setelah semua agak beres, kami langsung tepar sampai pagi.

What a hard Night, But so memorable in my life.

 

Day 4 Sisentor-Puncak ArgoSpuro – Rengganis – Sisentor

Yudiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…….. ambil air ya.” Dan aku menguap lagi menelusup dalam SB melawan dinginnya udara di luar sana. Masih kurang deh istirahatnya.

“San jerigen dah ga ada” kata Buluk.

Hah??!!

Belum hilang rasa kaget ini, Yudi muncul di depan tenda kami yang masih rapat ketutup sambil membawa jerigen berisi air dan bersiap masak nasi. Aku dan Buluk hanya geleng-geleng kepala. Yudi gitu lho!.

Setelah memasak bekal buat summit attack, aku bersih-bersih diri di sungai

N karena barang-barang ditinggal di tenda, kami berangkat tanpa beban. Beberpa kali berhenti untuk berfoto di savanna yang menawarkan jutaan eidelweis. Sempat berhenti juga kami di Rawa Embik. Nyamaann banget tuh tempat

Suara merak menyambut kami di savannah menjelang puncak Argo dan Rengganis.

Menjelang pukul 3 sore, akhirnya Puncak Argo tergapai. Saling mengucap selamat dan berpelukanlah kami sore itu. Alhamdulillah……..

Kekaguman kami berlanjut di Puncak Rengganis yang lebih bervariatif dengan peninggalan-peninggalan berupa punden. Sesajen-sesajen masih banyak bertebaran di sana. Bau belerang tercium di sini. Tak lupa kami poto2 narsis di puncak Rengganis.

 
Lewat pukul 5 sore kami kembali ke Sisentor. Sampai di markas kira-kira pukul 7.30 sesudahnya langsung fall asleep.


Day 5 Sisentor – Sikasur

Ada kejadian lucu yang kukeep sampai aku menulis catper ini. pagi itu nasi kami masih banyak. Akhirnya kuputuskan memasak nasi goreng. Berhubung kami ga punya bumbu nasi goreng instant, (maklum kami ga level ma yang instant!) akhirnya kuputuskan untuk menghaluskannya di atas cobek pinjaman dari Kisut. Bumbu sudah komplit dan kurasa sudah pas banget rasanya. Tiba-tiba kong Nanda datang membawa ikan asin yang mau digerus di atas cobek yang aku pinjem tadi. Tergoda untuk menambah aroma ikan asin, akhirnya aku meminta beberapa potong ikan asin itu dan kutambah ke dalam nasi goreng tadi tanpa mengurangi bumbu yang sudah pas tadi.

Bisa dibayangkan rasanya??? Rasa yang sudah pas tadi, ketambah rasa asin. Waktu awal aku cobain awalnya cukup enak, tapi kok rasanya asin banget ya. Bisa dicela masa nih…. L.

“Hem…. Enak sih. Tapi asin banget cuk!” Tanpa tedeng aling-aling Buluk mencela nasi goreng itu.

“Lo, ya iyalah kan itu nasi goreng ikan asin!” Aku ngeles sambil nahan tawa. Pokoknya jangan sampai dia tau aku lupa ngurangin bumbu.

“Yud, gimana? Enak kan?”

“Enak mbak. Tapi asin e….”

“Yo iyo. Iku kan onok iwak asine.” Ngeles lagi.

“He, makan donk. “ Tawarku pada Mahe.

“Nggak ah… ada bawangnya.”
”Ga ada he…. Ini ga pake bawang.” Aku ngeles subject mater yang lain. Gimana kalo dia sempet tau kalo nasgornya asin se-anjrit-anjrit gitu?

“Ini apa bukan bawang!” protesnya

“Itu kulit bawang kok” Tetep ngeles. Tapi jebakan batman ga berhasil.

Akhirnya hanya Rian yang mau makan karena rasanya sesuai lidah sumateranya. Udah gitu habis dilahapnya juga bagianku. Ga papa deh. Aku juga dah kehilangan selera.

 

Sikasur I’m in love with you

Buatku Sikasur adalah klimaks perjalanan 5 hari yang kami tempuh. Mendapatkan Puncak Argopuro dan Rengganis buatku ternyata merupakan bonus hiking trip kali ini. (Sorry, sebelumnya kuanggap Sikasur-lah bonus setelah muncak ke Argo dan Rengganis). Bisa dibayangkan meninggalkan Sisentor dan bertemu hamparan-hamparan savanna berkali-kali adalah welcoming view yang ditawarkan sikasur. Indah banget. Eidelweis yang tinggi, lebat dan cahaya matahari yang tanpa hentinya menerangi perjalanan kami juga pohon-pohon besar yang sesekali kami jumpai dan kami jadikan tempat yang nyaman untuk beristirahat setelah berjalan panjang dan panas membuat kami terkadang terlelap sebentar di bawahnya. PW banget lah.

Ada satu masa di mana sebelum kami sampai di pos kami terhenti sejenak takjub dengan keindahan pemandangan di depan. Sikasur inilah surga yang banyak diomongin itu. Di depan kami ada gundukan-gundukan tanah, parit yang membentuk huruf Z dank abut yang baru saja turun membuat kami bersemangat sambil mendengar sang Dosen Ory berbicara dan para murid menjadi giat mendengar sambil melihat pemandangan di depan. Awesome…………………

Masih di hadapan kami,  Mas Ory bercerita layaknya Guide professional yang tahu seluk beluk Argo lebih banyak dari kami, membuatku merinding. Terutama bagaimana orang-orang pribumi ini dihabisi setelah dipaksa menjadi romusha untuk menata Sikasur supaya pesawat – pesawat tentara Sekutu tak bisa mendarat di atas rumputnya. Kira-kira di mana kuburnya? Hal ini yang membuat Buluk dan Mahe beraksi menjadi detektif gadungan selama beberapa saat sebelum mendirikan tenda. Berjalan ke sudut-sudut hamparan savanna sikasur, menebak-nebak kuburan masal itu.

“ Luk, pohon ini mencurigakan ya, berdiri sendiri di tengah-tengah. Lw inget kejadian G30S PKI ga?” Seperti itu Mahe memulai kecurigaannya sebagai awal investigasi.

“ Bisa jadi He, banyak yang aneh sih…” Timpal Buluk

Setelah berkeliling sebentar, kami sepakat mendirikan tenda di atas bangunan yang Mas Ory sebut dulunya merupakan Vila. Kembali hasrat investigasi 2 orang yang suka nyangkem ini menduga-duga tentang vila ini,

“kek-nya pintunya hadap sini He”

“Bukannya di situ Luk?”

Yang jelas lagi, kali ini kami betetangga dengan tenda Mas Ory dan Blothonk family. Asli banyak lucunya.

 

3 bidadari sikasur mandi ala Suku Dayak

Mandi sore itu tidak masuk dalam agendaku. Namun Mba Enoy dan Mba Heny berhasil membujukku untuk ikut mandi di sungai abadi ini di satu sudut yang kira-kira aman dari incaran. Ya…. at least sudut-sudut kami ga akan terlihat jelas kalau ada yang lewat. Mandi kali ini rame dan berisik banget. Dikejar-kejar oleh air yang dingiiinnn banget, ketakutan akan ketemu ranjau yang mengalir dan yang terheboh adalah ketidakenakan kami jika ada cowo-cowo lewat melintas bukit kembali ke markas, ya secara manusia gitu lo apalagi cowo, apapun yang menghebohkan pasti membuat mereka ingin tau dan melihat secara refleks. Jadi buru-buru kami menghadap ke arah berlawanan tiap kali mereka melintas, kami Cuma merasa ga enak sama luna maya, gimana kalo habis melihat kami mandi, mereka jadi ilfeel ma pacarnya Ariel ini? (gossip dikit gpp kan?) Kan kita juga yang repot. Hehehehe

 
Menghabisi Mahe dalam tenda

Semua bermula dari keinginan Mahe untuk mengganti posisiku di tenda itu dengan Mba Heni yang di mata Mahe lebih jago masak dibanding San. Bekali-kali bacotnya memanggil “Heni”.  (Mbak Heni jangan marah ya digosipin dikit, secara Mahe yang mulai duluan. San Cuma penyambung lidah aja. Syuku-syukur kalo jadi. Uhuir…. Hehehehe)

Habis gelap terbitlah terang, Kong Farid main ke tenda kami. Sebagai leader group mba Heni, kami panas-panasin Mahe… Sumpeh baru kali ini He, selama 3 malam aku setenda ma kamu, wajahmu ga pernah seculun dan se-desperate itu gara-gara scenario perjodohan ini. Hahahahahaha…. Tararahu!

Suasana makin panas dengen kedatangan Kong Nanda, Bara, Blothonk, Mas Ory, Sentot, dan Kisut dalam tenda kami. Alhasil, perut makin sakit… Masih kurang puas juga??

Acara ini dilanjut di tengah lapangan dengan nyala great fire. Di situ kami tumpahkan semuanya, uneg-uneg dan kesan-kesan atas perjalanan panjang ini. Seems like we’re family. Bintang – bintang di atas kami membuat suasana makin indah…

Acara malam di tenda ditutup dengan keberisikan tenda sebelah kami. Yup tetangga kami, Blothonk yang ketindih adiknya mengocok perutku sebelum terlelap. (Mungkin karena di sana ga ada penerangan secara senter cuman 1, itu juga minjem) Kakak-adik yang ga ada matinya bikin sensasi.. hahahahaha……………

 

Day 6, 17 Agustusan di Sikasur

Sikasur,

Mungkin aku takkan pernah lagi menggapaimu

Namun ijinkan aku mengukirmu dalam tiap napas kenanganku

Untuk warna-warni rumputmu,

Kokohnya pohonmu,

Luasnya savanamu,

Jernihnya sungaimu,

Ijinkan aku jatuh cinta padamu

Ijinkan aku mengagumimu

Ijinkan tetes air mata ini kujatuhkan untukmu

I’m in love with you

 
Keindahan sikasur hampir membuatku menangis saat ku ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil menatap si suci dan gagah berani berlatar langit biru dan terangnya mentari abadiMu. Mungkin yang lain juga deh.

 
Tangis itu kontras dengan suasana haha-hehe yang muncul di awal upacara 17 agustusan yang dibuat mendadak dan spontan ini. Mahe yang bertindak sebagai pemimpin upacara benar-benar TOP BGT, kocak. Serbuuuuuuuuuuuuuuuuu…….

 
Tak berapa lama kami meninggalkan Sikasur. Sungguh agak berat meninggalkan surga ini, tapi kami harus pergi menuju baderan untuk mengakhiri perjalanan panjang ini.

Makan siang kami lakukan di mata air 1. Sisa logistic kami masak bareng-bareng. Menu siang itu terasa rame dan lezat karena itulah satu-satunya saat di mana kita masak dan makan bersama tanpa membedakan group warna group.

Setelah makan selama sejam kami meneruskan perjalanan. Aku masih berjalan beriringan dengan Mahe, Buluk dan Tika menikmati tanjakan Anjrot dan turunan berdebu nan panas. Sempat pula kami bertemu 3 ekor rangkong yang terbang dari pohon. Wow … what a bird.

Senja mebawa kami melintasi sawah-sawah penduduk dan batu-batu terjal menjadi pijakan kaki yang makin membuat kaki kami lecet dan sakit. Terdengar kabar mas Ory jatuh lagi dan keseleo lagi, tapi dari kejauhan kami melihat si mas satu ini masih kuat berjalan. Gilaaaaa perjuanganmu itu bikin aku geleng-geleng kepala.

 
Kira-kira pukul 8 kami sampe di pos pendaki baderan.

Usai sudah perjalanan panjang nan indah ini……

 
Percakapan- percakapan Sok nge-brand

Di Rawa Embik sambil melepas lelah,

Buluk: Nih… makanan enak nih. Liat aja mereknya karrimor.

Ngakak

Sentot: Ngeluarin roti tawar “enakan ini buatan eiger seri 80an”

Ngakak lagi

 

Day 1 otw ke Taman Hidup, saat kami sama-sama kelelahan

Rian : Wah.. trecking poolnya merk apa nih mas?

Farid: Damar

Sebel bangetttttttt

 

Ancaman Tante Enoy di sungai pas kami mandi

Enoy: Awas ya kalo laki-laki itu pada ngeliat kita mandi, kupanggil Bapakku kusuruh nembak pake tramontina

Aku, heny ketawa sambil ngeguyur badan pake panci kecil yang ga tau merk apakah.


Pas Masak di depan tenda

Rian : makai tranginya sambil nyebutin harga “Ini Rp675XXX

San, Buluk, Mahe… nguap haaaaaaaaaaaa

Mahe: Leatherman dalam Osprey yang mahal itu kan??? Sambil ngelirik-lirik. Ancuukkk hehehehe….

 

Pesan Moral :

Jalan bareng dengan Merk seabreg memang penting, tapi yang lebih penting lw bisa nahan ego lw pas jalan bareng. Bukan jalan tapa menghiraukan siapa dan bagimana yang ada di belakang lw. Itu pesan dari pendaki leled.

 

My Credits dedicated to:

Allah the Great Almighty yang melindungi dan menguatkan kami untuk keep menggapai tanah-tanah tinggi Mu.

Ayah-Ibu di rumah atas ijinnya. Maap pas pulang aku bikin kalian histeris.

Keluarga Besar Mas Ory di Probolinggo Rujak di akhir perjalanan buat kami, Uenakkk poll.

Yudi, Porter setiaku yang haha hehe aja. Porter-porter lain yang juga mewarnai perjalanan ini.

Pasangan threesome-ku setenda yang luar biasa, Mahe n Buluk. Hemmmm San terhibur banget ketemu kalian berdua. Maap ya He, kalo kamu ga suka masakanku. Aku Cuma pura-pura ga tau kalo kamu ga seneng masakan ber aroma bawang. Hahaha. Luk, ntar kita naik bareng lagi ya… Mahameru menantimu. :D. Ajakin Mahe juga!

Mas Ory, kawan baru yang kutemuin di trip ini, san mau tuh belajar lagi darimu. Next time ajakin san ya…. :D

Bang Nanda, Mas Farid akhirnya setelah sekian lama nunggu kesempatan jalan ma 2 engkong ini, kesampaian juga di trip panjang ini. Seneng deh….

Om Bongkeng, kaki oglek ternyata ga ngalangin buat nanjak jalanan Bremi ya? Gw bener-bener jatuh cinta ma semangatmu.

Tante Enoy sayang, ternyata kita masih bisa ketemu lagi ya. Kau tetap tante-ku yang nyaman buat kusandari pas san pengen bermanja. Makasih buat Ransumnya. Asli mantab.

Kisut n Sentot. Ga tau mo komen apa buat 2 orang ini teralalu banyak sih kalo dijelenterin hiks.. oh ya Mas Sentot, kata Ayah kalo mas kawinnya Cuma handpone aja kurang kek-nya. Hahahahaha. Sut, si Juki kenapa ga dipiara? Heh, balikin celana SD gw!! J

Andy, Badung makasih buat mau direpotin bawain buavita n Coca Cola titipan Mbeng. Tapi Coca Colanya sapa yang habisin? Kok aku ga ngerasain ya? (Ngelirik Bang Nanda). Tunggu aja kedatanganku ke Jogja pasti aku lebih ngerepotin kamu. Hiks….

Blothonk n adiknya Bara… ngakak terus liat kalian berdua. Jangan bawa beras ma Mie mulu dunk…. Pendaki Indonesia kian beragam dengan kehadiranmu.

Mbak Amy, brownisnya mantab banget buat di gunung.

Mbak Hen, kutunggu wisata kulinermu di Surabaya.

Mas Bowo, tenang jarak kita kan ga terlalu jauh, pasti deh kita mendaki bareng. Hehehe….

Rian, rekan se tim-ku. Huh….. U need to learn more bro. Hiking is not just a mater of brand, it’s more than that.

Ikram, gw sebel ma cowo narsis yang ga bawa kamera tapi minta dipoto terus. Hehehehe kidding cuy. Tapi lw lucu juga. Kudoain deh dapat perempuan Uzbekh. Siip. Next time ikut Kong Nanda lagi ya…

Dan semuanya yang ga bisa ku sebutin satu-satu. Semua membawa kesan tersendiri di mataku.

San juga minta maap kalo dirasa sikap san kurang berkenan, bawel dan agak kasar secara aku wong Suroboyo coret gitu lo. Mungkin nanti kalo kursus kepribadianku di John Robert Power kelar, aku ga akan mendaki lagi. Ngapain juga naik gunung kalo badan jadi dekil, kaki lecet dan muka ancur kek gini. Siapa suruh naik gunung. Jorok tau! Hahahahaha….

Prett (sebelum disela Kong Farid).
Piss

 

Argopuro with love,
Susan

 

 

 

Tuesday, August 7, 2007

What about this????




Ada keinginan buat style kek gini, tapi belum berani. Makanya diprivate aje. Hiks...

Menggapai Mahameru 04-06 Aug'07




Menggapai Mahameru bukan masuk dalam resolusiku tahun ini, bukan gunung yang ingin kukunjungi. Namun, karena ingin membunuh sepi... biarlah ia menjadi awal mula perjalanan berliburku bulan ini. Menyebalkan tapi sangat indah.
Nikmati gambar-gambarku bersama sang Jenderal Jatim yang sudah 252 kali mengunjungi Mahameru dan juga bersama kawan baru mbak Arry yang imut dan Sigit.. "gw ga suka ma cowo manja. hahahaha.. iya kan mbak. " Love...