Sunday, March 27, 2011

regret


Sesal. Sering menyeringai akhir akhir ini tiap kali saya membaca ketikan ketikan saya di jurnal Multiply, notes FB maupun blog saya. 

Sesal karena kadang saya sadar, dahulu saya sudah seriiiing sekali membuang waktu saya untuk hal hal yang menyita waktu dan kesempatan saya. 

Sesal karena saya cukup berani menyimpulkan bahwa saya sudah menyia nyiakan usia untuk harapan yang tidak jelas. Iyah, gajah didepan mata tak tampak, semut di seberang sungi tampak itulah kebanyakan yang saya alami.


Dan yang paling saya sesali adalah saya akhirnya makin sadar bahwa saya sudah pernah melewatkan kesempatan besar untuk membangun masa depan dengan seseorang yang akhirnya membuat saya sadar bahwa dialah satu satunya orang yang selama ini selalu berada di samping saya. Yang tidak pernah melupakan saya disaat ia bahagia dan bahkan saat ia sangat kekurangan. Orang yang hatinya selalu ia persembahkan untuk saya.


Sempat saya berkata padanya, seandainya saya tidak "membodohi" diri sendiri untuk mengejar hal hal bodoh tersebut, saya pasti tidak akan semenyesal sekarang. Seandainya saya mengiyakannya dari dulu dan mau memberinya kesempatan, saya tidak akan sebanyak ini mengeluarkan tenaga untuk menangis dan bertanya pada dinding dinding itu akan kenapa. (Pertanyaan bodoh yang bisa saya simpulkan sendiri jawabannya)


Sekarang..

Semangatnya yang dulu bergulungan macam ombak tersebut sudah terpecah pecah berserakan ntah ke tepian pantai mana saja. Semuanya sudah terkikis oleh pasir tak peduli sekuat apa saya berusaha merangkuhnya, saya sadar kekuatan saya sudah tidak seperti dahulu lagi.


Saat saya menangis dan mengungkapkan sesal saya ini padanya, ia pun membalasnya dengan tangis yang sama... Tapi saya sadar, dia sudah terlalu susah untuk saya gapai. 


***********