Monday, September 26, 2011

The Dream Catcher

Saya menjauh dari banyak hal tentangmu.
Tentang pengungkapan rasa di wall, di timeline ataupun di kesempitan lapak yang disediakan blekberi.
Rasanya akan sangat berat jika kita mengingat yang indah indah, sama beratnya dengan mengingat keburukanmu.
Jadi aku membiasakan diri lagi untuk tidak pernah mengenalmu dan menjalani hari seperti sedia kala aku mendatangi Borneo.
Aku suka dengan rasa seperti ini. Flat seperti mengalir bersama air dan berhembus seperti angin di pantai Angsana.
Pun menjauhkan hati bercerita tentangmu dengan siapapun. Aku menghindar bukan berarti menghindari masalah. Namun jauh dari itu, jika seperti itu terus menerus,  maka artinya kau kuanggap penting sekali dalam hidupku. Padahal aku tidak ada pentingnya untukmu dan aku tidak lagi berharap bahwa aku menjadi penting.
Aku yakin jika kau milikku kelak, maka angin dan air lah yang akan membawamu padaku bukan sikap dan permintaanku.
Aku mengikhlaskanmu....

Wahai alam,
Aku hanya akan mengikuti gerakmu, memalingkan aku kembali pada satu dua kotak yang pernah aku buat. Kotak kotak berisi mimpi untuk aku jadikan nyata.
Sebuah rumah mungil di mana pojokan-pojokannya akan berisi ruang baca kecil, lemari es dengan koleksi tempelan magnet yang sudah kukumpulkan, Ruang tidur empuk nan cozzy dan sebuah ruang dimana kutempatkan peralatan perang di atas gunung. Tak lupa sebuah garasi luas dengan yaris di dalamnya.

Dan alam,... Mimpi yang lain aku simpan dulu. Kau pasti mengerti arti mimpi itu.

Love,
The dream catcher