Monday, July 30, 2007

One evening di Unyil

Ngumpul di Unyil kali ini berbeda dengan acara kumpul-kumpul kami yang bisanya. Anggota tetap masih aku, Didi dan Rona serta anggota tambahan on-off Prima. Serasa seru dan lucu. Mungkin makin seru seandainya teman-teman pendaki se surabaya pada komplit ngumpul di sini.

 

 

Jarum jam menunjukkan angka 5 lewat 15 menit waktu kukeluar dari pintu gerbang MNTC. Sesudah dhuhur tadi aku sudah membuat appointment via YM untuk kencan bareng Didi n Rona di tempat favorite kami bertiga “The Unyil” untuk melakukan ritual sitting on the mattress under the sutet next to the Nginden River in Surabaya Coret yang kalo dipikir-pikir ga terlalu coret banget sech karena banyaknya mobil-mobil built up yang melintasi warung-warung lesehan di jalan raya antara Rungkut dan Nginden itu.

Jadi apa hubungannya antara Rona, Didi, Unyil dan Sutet.

 

Let’s take a look to the brief explanation below:

Rona Depatra- I call him Ronde. Aku mengenalnya lewat media milis pendaki. Si ganteng, tinggi putih dan berkaca mata ini muncul dengan wajah innocent-nya serta suaranya yang mungkin orang ga akan nyangka kalo dia punya badan seatletis itu. hiks… pertama kali bertemu di atas gerbong kereta Bengawan waktu Gathnas di Solo 2 tahun yang lalu. Gara-gara tampangnya yang agak ganteng ini, ia rela jadi tokoh utama di film besutan Didi dalam ajang tugas TA Didi. Kok ya mau diplokoto ma Didi. “Pokoke ngenes San nek Didi jadi sutradara. Ga pernah Ontime!” Keluhnya satu hari. Sabar Ron, itu adalah jalan menuju kesuksesan sebagai bintang layar lebar. Hueksss.

 

Didi – Aku ga ngerti tentang dia sampai aku menemukannya tergelepar di kamar superbagonk setelah mengantar Mely dan Tryas ke Argopuro 2 tahun yang lalu. Melly menyamaratakannya dengan Andy Badung. Hahahaha. Untuk yang satu ini dia selalu mencari-cari kelebihan dirinya “Tapi gantengan aku kan San?” atau “Ada bedanya lo. Dia ga bisa motret kek aku yo” hahahaha.. (Buat Andy kalo sempet baca, jangan dendam ke Didi ya. Anggap itu sebagai rumput yang bergoyang. Lha!)

Didi yang PD-nya setinggi langit ini punya style yang ska habis. Temen-temen pendaki di Jakarta mengenalnya sebagai Didi Rujak. Aku heran apa sih kelebihannya Didi sampai-sampai tiap kali ke Pasfes dulu, selalu saja ada yang nanyain tentangnya dan berakhir dengan kirim salam ke dia. Yang pada akhirnya kutau. Itu ta kelebihanmu? :))

 

Well, mereka adalah 2 orang itu selalu available untuk diajak ngopi n menikmati ote-ote sampe malam. 2 orang yang bisa diajak ngakak sampe bergelas-gelas minuman dari teh hangat, wedang jahe sampe es pop ice (ga berkelas banget gitu lho! Tapi gpp asal bisa diminum) habis. Yang nyambung sehidup semati untuk menikmati kekesalanku tiap kali aku jutek ma komentar-komentar Didi yang panas di telinga dan Rona bagian kompor yang siap nyalain spirtus supaya suasana makin panas. Dalam satu kesempatan aku dihabisi olehnya “Wis ta san, kamu itu ga cakep kok pake jual mahal ke aku. Apa sih susahnya buat bilang “iya” aja pas aku nyatain ke kamu??” “Iya deh Di.” Aku ngangguk-ngangguk sambil masukin tahu ma petis ke mulutku. Apa sih susahnya bilang iya kalo aku bisa nikmatin tahu goreng ma petis sambil kepedesan n kepanasan gini. Didi dan Rona 1 perguruan di kampus komunikasi elit di Surabaya (selalu mereka banggakan) tapi beda jurusan da n beda rejeki. Huekekekekek….

 

And what’s Unyil anyway?

Unyil – ini nama sebuah warung tenda yang buka hanya pada maghrib sampai tengah malam. Nama Unyil diambil dari nama beken si pemilik. Mungkin karena keimutannya dia dipanggil Unyil hehehehe… Warungnya sering jadi tempat mampir orang-orang yang pulang kerja sambil ngopi dan makan gorengan. Dari telo goreng, tahu goreng, ote-ote (my favorite of all), pisang goreng dan gorengan yang lain. Well sebenarnya banyak juga warung-warung lesehan macam ini di daerah tersebut, tapi Karena sudah terbiasa dengan Unyil, tiap kali janjian pasti di situ. Dan kalaupun Unyil ga buka kami pasti batal bersantai dan berlesehan meskipun warung-warung yang lain pada buka. Well, we can say Unyil minded. Tapi ya untuk golongan tertentu saja. Ga semua teman-teman pendaki di Surabaya cangkruk di sini.  

 

Now let’s get back to our topic.

 

“Sayang, nanti temanin buka sambil makan ote-ote di Unyil ya” ketikku di media massanger favorite-ku itu.

“Oke beb. Kamu dandan yang cakep ya. Biar aku makin sayang ma kamu” Rayuan Gombal mukionya ga pernah lupa tanpa peduli itu di alam nyata maupun di dunia maya.

“Kasih tau Rona juga” tambahku

“Kamu aja beb. SMS ke Rona”

“Ntar kalo dia OL aku kasih tau deh”

 

Dan Ronapun tanpa diperintah muncul di YM. Mungkin punya indra ke 17 selain indra-indra yang lain.

“Ronde jelek. Nanti pulang kerja ke unyil ya. Komeng dah ok tuh.”
”Jam piro San?”

“Jam 6”

“Oke. See u”

 

Jalanan Galaxi Mall ramai dan sedikit macet karena sekarang akses untuk melewati jalanan yang tiap malam minggu dipake sebagai tempat road race illegal dan kalo malam dibuat ajang temu jodoh antar pembokat dan sopir di sekitar Galaxi ini makin smooth saja. Alhasil kemacetan mulai jadi trend di sini.

Namun pikiran dan otakku masih merekam kemarahan seorang kawan kepadaku yang jauh di sana. Semoga saja marahnya ga lama. Gara-gara ngelamun ini, beberapa polisi tidur di jalan Dharmahusada kuterabas.

DZINGGGG!!!

Sakit juga pantat ku kalo seperti ini terus.

 

15 menit berlalu dalam lamunan-lamunan yang membuatku berhenti tersenyum setelah sepanjang hari kubahagia. Dan sampailah aku di jembatan Nginden. Jembatan yang penuh kenangan bersejarah di mana aku pernah bertemu perempuan berambut panjang memakai baju sepan putih membawa payung mirip artis Kiki Fatmala atau Diah permatasari tepat di atas jam 12 malam…. Lha emangnya ini Jembatan Ancol, Emangnya ini cerita horror??? Hiks…. Ini jembatan Nginden dan ini cerita pendek tau….

 

Ya ya… aku di sini 3 atau 4 tahun yang lalu. Masa-masa indah yang kulewati tiap malam untuk bercengkrama dengan waria-waria yang kujadikan sebagai sample untuk bahan skripsiku.  Kadang aku tersenyum sendiri mengenang malam hingga subuh yang kulalui bersama nyamuk dan tidur di depan pertokoan hanya untuk menunggui mereka selesai bekerja. Aduh… Jadi pengen ketemu ma Mak Tio nih. Apose kabaret-nya ya bow. Sutra lambreta bangor ya kitkat tinta ketumbar…. Apose Diana sudah berhenti dolce gabana ya? Hahahahaa….

Next week kalo sempat aku mampir deh Mak ke salonmu. Creambath sekalian ngegosipin laksa-laksa koleksimu. Durhaka kalo sampe ga inget dirimu. (soal survey waria ini akan kuceritakan di lain waktu).

 

Back to The Unyil.

Warung Unyil sudah dipenuhi orang-orang yang pulang kantor sambil ngopi dan menunggu macet berkurang. Maklum daerah rungkut dan sekitarnya adalah area langganan macet meskipun ga segila Jakarta, bagi kami keadaan macam ini sudah cukup merepotkan dan melelahkan.

 

Ga kebagian tempat duduk.

Padahal kerongkongan harusnya sudah tersiram air yang manis-manis nih.

Sambil berdiri aku nikamati coklat dingin sambil menunggu D & R.

 

Berita duka: Ote-ote habis L

Kedatangan mereka yang telat dan ote-ote yang ludes karena ditebas pembeli lain serta gagalnya aku mendapat tempat duduk adalah cobaan yang diberi Unyil untuk melatih sabarku. Syukur deh masih ada tahu goreng yang masih panas ma sambel petis. Seep lah acara buka puasa kali ini.

Setibanya Rona yang disusul Prima (siapa lagi Prima itu?) Well, in short, dia ini calon Nyonya Rona Depatra. Kami berpindah tempat di atas terpal dan lesehan sambil menikmati purnama di balik sutet (sangat tidak romantis! Huekekekekek bodo amat!) Dan sangat tidak beraroma lagi saat Didik muncul dan memulai kegiatan rayu –merayunya.

“Sayang, kok di sini aja yuk kita nikmati bulan sambil jalan”

Aku masih asyik dengan tahu n bungku menthuk (anyone who knows this kind of food? This is special kue basah in Surabaya. Similar with Dragon sari Alias Nagasari berisi ayam or daging suir dan dilumurin santan kani terus dibungkus pake daun pisang dan dimasak sampe matang) yang diselipin teman di kantor tadi siang dalam tasku. Aku cuman nyengir kuda.

“Mo lihat bulan apa lampu oblek?” Sela Prima.

“Makanya Rona masih jelalatan aja la wong kamu ga romantis gitu.” Hehehe kena juga Prima dikerjain.

Wajahnya sirik tiap kali ada pasangan lewat. “Kamu minta mas kawin apa sih supaya kamu mau nikah ma aku?”

Kan udah kusebutin sayang!” Jawabku

“Canon Digital yang 10 MP, Notebooknya apple yang warna putih. Ga putih ga mau. Agak mangkak-mangkak dikit ga mau ta?

Aku cuman geleng sambil nahan tawa begitupun Ronde.

“Sama Ipod Nano yang 5GB ya? Total semua brp? Asal kamu mau nikah ma aku, tak kasih San!”

“Sekarang?”

“Oke. Aku mau donor ginjal dulu lah. Tunggu di sini. Apa sih yang ga buat kamu??”

“Dik kamu kalo nyangkem terus. Tahumu tak babat lo yo.” Dan Rona – Prima Cuma bisa ngakak ngeliat rayuan mautnya.

Ntah kenapa Didi akhir-akhir ini sudah ngebet pengen nikah. Di otaknya hanya ada keinginan punya pacar, kawin terus nikah. Padahal kerja juga dia ngaku lom mapan banget.

“Sekarang tak Tanya, kalo dah nikah kamu mau apa? Tujuanmu itu lo?” Tanyaku spontan.

“ML pak!” huakakakakakakakakak. Kami bertiga langsung ngakak.

“Habis ML ngapain?” tanyaku lagi masih sambil ketawa

“Ya siap-siap ML lagi!” Saat itu aku, Rona dan Prima sudah ga bisa ketawa.

“San aku itu wis 26taon. Nahan pak 26 taon! Bayangkan itu.” hahahahahaha…. Bullshit kalo yang ini.

Dan percakapan-percakapan lain yang mengalir deras dari mulut kami dengan diterangi cahaya purnama. Kali ini Purnama sudah tidak lagi berada di balik sutet. Ia sudah menyembul di atas tenda Unyil tapi kami memilih untuk duduk dan tiduran dia atas trotoar beratapkan bintang dan langit hitam. Bercerita tentang Argopuro yang akan aku lewati bersama teman-teman dan cerita konyol Didi yang tersesat di Welirang dan akhirnya meminta Joeitem untuk menjemputnya dan yang membuat memoriku terbuka adalah bahwa Didi sering memanggilku Peyek. Ya Peyek akibat kegiatanku yang selalu kebetulan menggoreng peyek tiap kali dia menelpon di rumah.

“Ingat ga San kalo dulu kamu dulu goreng peyek tiap malam terus dijual kan buat nambahin bayar Kiranamu itu?” hahahahahaaha…. Masa-masa susah. Masih aja ada di ingatannya. “Tapi ga nemen kek gitu yo!” Sanggahku.

Ataupun wajah Ronde yang bingung dengan cara ngomong ke atasan meminta kenaikan gaji dan keinginannya bersama Prima untuk membeli rumah. Wow…. Bener-bener bertujuan ya? Kapan aku bisa seperti mereka berdua? Hem, time will tell lah.

Teman-teman bilang aku sinting karena melepas kerjaan yang aku jalani sekarang.

Sinting sedikit ga papa kali. J

Saat ini prioritasku adalah reborn dan menjalani proses to grow and learn to be mature. Intinya pengendalian diri. Betul?? (Aa Gym mode on) Difficult but must to try.

 

Sesekali ponsel berbunyi. Kawan nan jauh di sana tadi masih kesel dan belum puas protes hingga akhirnya mengSMS. Aku jadi berhenti makan. Sudah tidak enak rasanya.  Andaikata bandara ada di seberang Unyil pasti aku akan berusaha  terbang ke sana sebagai isyarat bahwa aku benar-benar menyesal telah membuatnya kesal.

Hufffhh… I just dunno what to do to make your anger off.

Well, hari sudah makin malam, keadaan perut yang makin sakit karena banyak tawa dan nafsu makan yang suddenly lost akhirnya membuatku berpamit pulang. Mau istirahat.

Didi, Ronde, Prima kapan-kapan kita kencan lagi ya. Oh ya kira-kira Sutet tadi apa hubungannya dengan cerita ini? Ga ada. Cuman background pemandangan di depan aja. Hiks.

Makasih udah nemenin aku. Kamis temenin lagi yak.. hemm. nambah!.

 

 

 

 

12 comments:

  1. wahh kangen sama Didi, yo opo saiki bocahe san :) isih mbeling tur kurang ajar ra.
    lucune lho bocah iku :))

    dadi pengen kempul2 ro rek arek suboyo iki

    ReplyDelete
  2. Didi dah lulus dah jadi orang sukses. Gajiannya sebulan bisa buat beli helicupter. hahahaha....
    Yo-i masih kurang diajar tu anak. Tapi mesti bikin orang ketawa. Sekarang dia dah bisa main YM kok.

    ReplyDelete
  3. hehehe...
    lucu san...
    kapan2 klo akyu ke surabaya lagi.. ajak jalan2 ke UNYIL juga yah....

    ReplyDelete
  4. hehehe...
    lucu san...
    kapan2 klo akyu ke surabaya lagi.. ajak jalan2 ke UNYIL juga yah....

    ReplyDelete
  5. Beres. makanya kalo ke sini agak lamaan. Kan wisata kulinernya enak-enak.... Gimana seneng kan ma tempe menjes n es cao-nya?

    ReplyDelete
  6. mantebbbbb san...
    kapan2 mau lagi dech tempe menjes-nya
    bilang sama ibu yah.. akyu cuma makan 3 kok tempenya hahaha.....

    ReplyDelete
  7. mantebbbbb san...
    kapan2 mau lagi dech tempe menjes-nya
    bilang sama ibu yah.. akyu cuma makan 3 kok tempenya hahaha.....

    ReplyDelete
  8. haloo susan hehehe multiply ku...hehehe

    ReplyDelete
  9. makanan favorite team 252
    bambang = ote - ote
    42y = tempe menjes
    sigit = dadar jagung
    susan ..... ?

    ReplyDelete
  10. tak kusangka....celotahan dan tindakan kita ente rekam di MP.
    wadow kudu rada2 jaim neh,biar rekord tentang rondealways yg baek2 aj....hehehehe...

    ReplyDelete