Thursday, June 3, 2010

BUS AKAP

"Permisi mas... maap mas saya telat. saya mau tuker ini dengan tiket."
Petugas agen bis pinggir jalan itu kebingungan dan mendadak kaget dengan kehadiran saya di depannya yang "ujug-ujug" dengan muka terburu-buru dan langsung menyerahkan selembar kertas putih tanda buking tempat duduk sebuah bis malam yang saat itu menyediakan layanan keberangkatan pagi.
"Waduh mbak. Mbaknya telat. Sudah jam setengah delapan tadi loh berangkatnya."
Kecut. Muka saya kecut sekali.
Seorang petugas lainnya datang dan mengecek bukti buking tersebut di tangan saya seolah tak percaya bahwa saya bisa setelat itu. Jam setengan sembilan, artinya sejam terlambat dari jadwal pemberangkatan.
"Wah mbak. Ini kan Sumber Alam"
"La??? emang ini apa?"
"Ini Sinar Jaya, mbak!"
Muka saya diam dan sedikit senyum sambil menilik kembali kertas di genggaman, lalu menoleh ke teman di belakang saya yang ikutan mengantar. Sepertinya muka saya bukan merah lagi karena malu, mungkin sudah menjingga dan sedikit kekuning-kuningan. Dari tadi saya menyebut Sinar jaya sebagai nama bus yang akan saya tumpangi.
Sesudah meminta maaf dan mengucapkan terima kasih, saya dan teman saya dibantu dua ojek mengantarkan kami ngebut ke agen bis yang dituju tersebut.
Saya harus sudah ada di Jakarta malam ini, biar besok tidak "nabiyak-nabiyak " waktu bekerja kembali seusai liburan singkat ini.
Dan sayapun menemukan pool Sumber Alam dan disambut dengan muka agak judes petugasnya yang mengatakan bahwa saya sudah telat setengah jam. Dengan alasan apapun pada akhirnya saya menerima kesalahan atas keterlambatan itu dan hanya mengiyakan saat petugasnya berucap, "Mbaknya harus balik ke Pantok buat menukarkan tiket untuk perjalanan nanti malam, tapi kalau mbaknya mau uangnya balik, ya tiketnya hangus."

Pantok kira-kira 30 menit dari Kutoarjo, tempat pool bis Sumber Alam berada.
Seandainya tiket bus bisa diuangkan, saya sudah berniat melompat dari bis satu ke bis lain menuju Purwokerto atau ke Cirebon dan menumpangi Cirex menuju Jakarta siang itu, akan tetapi jika memang kondisinya demikian, maka mau tidak mau saya harus kembali ke Pantok, lalu menuju ke rumah Arif lagi di dekat SD Pelipir (somewhere in Purworejo) dan tidur sebentar di sana hingga pukul tiga sore dan kembali lagi ke Pantok menuju Jakarta dan esok subuh akan tiba kembali di kamar yang kurindukan. Yah apa boleh buat...

Tau tidak membeli tiket bis melalui agen bus kecil bisa menjadi ribet jika ketinggalan bus seperti saya. Saya perlu kembali ke tempat pembelian tiket bus (baca agen bus) untuk mengurus administrasi dan lain-lainnya. Akan tetapi saya (yang katrok dalam hal begini) memperoleh ilmu baru tentang naik bus malam yang kebanyakan mengangkut pemudik-pemudik kota kecil ke Jakarta dan sebaliknya tersebut.

Pertama, saya harus booking dan langsung membayar harga tiketnya serta memperoleh kertas booking berisi nama, dan nomer tempat duduk.
Kedua saya harus berada di kantor agen tempat saya membeli tiket bus, maximal 30 menit sebelum bis berangkat.
Ketiga, Sesampai di sana saya harus menukar kertas bukingan dengan tiket, tapi tidak secepat itu jika penumpangnya banyak, mau tidak mau saya harus menunggu hingga nama saya dipanggil dan bisa naik feeder bus menuju pool bus.
Keempat, sesampai di pool bus, saya harus mencari-cari bis yang akan mengangkut saya berdasarkan nomer bis yang tertera di tiket tersebut. Saat itu adalah high season, dan pemandangan di depan saya sempat membuat saya bingung karena busnya banyak sekali.
Kelima, untuk menghindari kebosanan karena kemacetan di jalan (apalagi jika perjalanan dilakukan pada saat high season bisa dibayangkan bagaimana macetnya), saya harus meminum obat anti mabok supaya tertidur agak pulas selama perjalanan plus kaos kaki dan kaos tangan dan jaket (pastinya) supaya bisa nyenyak tidur di jalan. Dengan demikian perjalanan jauh dengan menggunakan bus tidak akan terasa menjadi perjalanan yang menyiksa dan membosankan....

Have a nice long distance trip with bus...

6 comments: