Wednesday, February 6, 2008

Menerjang Badai Siksaan (Dari mata kaca seorang pendaki newbi perempuan normal)

Menerjang "Badai Siksaan"
Dari mata kaca seorang pendaki newbi perempuan normal

Sebagai newbi di alam rimba yang mungkin bisa dibilang telat ketemu tarzan hutan(1), pacet ataupun suasana cekikikan dan kocokan di perut saking riangnya melakukan perjalanan di belantara hijau nan segar, saya tidak bisa menggambarkan dengan detail seperti apa perasaan suka cita dan duka saya selama di sana(2) Pertama kali menemukan puncak kecil di Pulosari, Pandeglang bersama beberapa gerombolan si berat yang doyan makan, masak
dan mengirim serangan cela-mencela dari menit ke menit, lalu menemukan awan yang menggantung.
Itulah saat pertama kali saya menemukan keindahan dan keajaiban Tuhan semesta jagad yang membuat saya berdecak kagum.
Pun dari situ tumbuh keinginan lain untuk menemukan awan-awan dari belahan-belahan bumi lain.
Saya jadi addicted of tracing other clouds from different angles.(3) Dengan"ceramah-ceramah" pendakian (4) dari rekan-rekan yang sudah jauh lebih maknyus pengalamannya yang secara ga langsung dihibahkan pada saya sebagai pendatang baru, saya sedikit-sedikit berburu
peralatan untuk menjaga kenyamanan dan keselamatan selama perjalanan penuh peluh dan lenguh ini. Yang katanya harus light weight lah, harus save, kalau bisa kwalitas bagus supaya awet. (baca: branding item) dan "keharusan-keharusan" lain.
Buat saya pribadi mengorbankan hasil keringat syah-syah aja, asal kita tau dimana batas vegetasi kemampuann membeli alat-alat itu bisa dicapai. Syukurlah saya sendiri sering mendapat suntikan kolas(5) dari orang-orang yang mau mewariskan sebagian kecil harta, tahta dan cintanya buat saya pakai saat perjalanan menuju tempat-tempat indahnan tenang itu.
Menerjang "badai siksaan" 1
Sebagai perempuan normal, tidak jarang saya tetap berjalan sesuai jadwal ketika halangan merintang. Menstruasi kadang membuat kita enggan untuk menjalani agenda yang sudah jauh-jauh hari kita buat, terutama untuk perempuan yang hari"libur" nya tidak teratur seperti
saya. Ditambah pengalaman yang menyakitkan saat masanya datang. Dari mulai kelelahan dipunggung dan kram di perut yang menyambut dengan sudden death attack syndrome, tapi syukur selama ini masih terkalahkan oleh tekad bulat menempuh proses panjang mencari awan-awan Tuhan tersebut.
Sudah tiba "masa"nya atau belum, saya akan tetap membawa bidadari bersayap, dan pain killer lain untuk menghilangkan kram perut yang selalu menyertai ketika menstruasi.

Menerjang "badai siksaan 2"
Mendaki dengan beban baik carrier atau daypack di pundak juga tidak bagus kalau kelamaan menjadi beban di punggung. Sekarang saya cenderung tetap memakai jasa porter untuk perjalanan jauh dan panjang. Bukan manja atau sok lemah. Tapi saya lebih mengutamakan kesehatan supaya bisa lama hidup dan sehat dan akhirnya bisa puas menikmati atap langit lainnya. Namun jangan buru-buru bahagia, meskipun beban berat dibawa porter, beban ringan macam daypack tetap harus saya bawa, karena berisi peralaatan-peralatan kecil lain yang lumayan urgen dan dibutuhkan saat kita terpisah dari porter. Dan membawa daypack dalam
waktu lama ternyata tetap bisa membuat pundak saya sakit. Ternyata rasa sakit dan
nyeri bisa disebabkan oleh kurang bagusnya managemen per BH-an (bukan bermaksud vulgar, ini cuma sekedar sharing). Maka untuk mengurangi rasa sakit di pundak selama pendakian, biasanya saya akan membalik shoulder strap from back to fro.(6) Hal ini supaya
fastener strap-nya(7) itu berada di belakang bukan di depan yang akan menempel
dengan carrier holder di pundak. Ternyata cukup ampuh untuk menangkal nyeri di pundak saat menahan carrier atau day pack etc.

Bersambung……………. (atau ada yang mau nambahin??)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1)tarzan hutan ya… bukan tarzan X, yang dimaksud adalah kera2 dan sejenisnya. Kalau ada yang merasa bisa ngelawak selama di hutan juga bisa dikategorikan dalam istilah ini.
2)Di hutan dan sekitarnya. Bukan di mall atau di pasfes.
3)Untung bukan addicted lainnya.
4)Dan bukan ceramah agama
5)Waktu saya kecil saya sering sekali beli kolas yang isinya permen
trus didalamnya dapat tulisan "selamat anda dapat hadiah rumah plastic. Halah. Kolas ya tetap kolas. Nanti kalau ketemuan di gathnas insay Allah saya bawakan.
6)Yang ga tau bisa Tanya tante wikipedia.
7)Idem


3 comments:

  1. Mbaknyalah yang hebat....
    Tekad bajah menembus batas...

    ReplyDelete
  2. Set dah.. gue merasa jadi pendosa di ketinggian PULOSARI yaaa... xixixixixi

    ReplyDelete
  3. iya om... pendosa yang mesra dan bersahaja... hahahaha
    tapi kalo ga ikut ga akan bisa belajar sampe kek gini om :) ga akan keranjingan ketemu awan n yang pasti ga akan ada kangen sama yang namanya penjaga makam xixixixi

    ReplyDelete