Saturday, November 3, 2007

Cinta yang seperti lilin itu....

Jika memang cinta kita seperti lilin, biarlah ia habis meleleh menerangi sekitarnya.



Kuingat, waktu pertama kali senyuman itu kembali muncul tanpa embel-embel tuntutan untuk mencinta.
Kuingat, saat semua bermula dari pertautan hangat yang membuatku tersenyum di pagi hari nan buta berselimutkan kabut dan kemuning.
Kuingat, ketika embun mulai mencair, kitapun melangkah sambil menyerukan canda dengan lepasnyayang mungkin payung berwarna
lazuardilebih mengerti apa yang kita tertawakan
Masih kuingat juga tatapan lucu diselingi sapuan peluh kita selipkan celaan tak bermartabat tentang kita dan juga tentang mereka.

Hingga, tanpa terasa genggaman kita pun menjadi keharusan untuk menghangatkan malam di bawah purnama nan dingin dan embun-embun yang mengitari napas-napas penghuni hutan yang kian menggigil.

Hingga kita tersadar bahwa langkah ini tak kan bertepi meskipun kita paksa.
Terlalu berat menapaki bukit dengan keterjalan berpuluh-puluh derajat dan jurang serta lembah di samping kiri dan kanan kita.

Jadi biarlah
jangan paksakan kaki ini tersiksa.

Selagi aku masih bisa memelukmu lewat mimpi
Dan selagi kau masih bisa menatapku lewat jiwa
Biarlah kita bertahan di sini menikmati hembusan angin yang membuat kita damai

Tanpa keinginan untuk meleburnya

===================
Untukmu yang tulus dan ikhlas seperti lilin yang menerangi temaram hatiku. Di manakah dirimu.....

Sabtu sore di balik jendela berkaca di dalam studio poto nan dingin. Suara guyuran air dari langit itu kian deras di telingaku meskipun suara Chantal Kreviazuk dengan "feels like home"-nya berulang kali menyumbat kencangnya hujan yang tak ingin kutoleh. Aku membelakangimu hujan, meskipun sudah lama aku merindukanmu.

2 comments: