Tuesday, June 2, 2009

Perantau Kecil

Apa lagi yang bisa dinikmati seorang perantau kecil saat jauh dari rumah dan kampung halamannya ketika pagi menjelang dan malam menutup harinya ?

1. Menikmati hening pagi karena dipaksa oleh sebuah waker berisik.

2. Mengucap syukur sedikit kepada Gusti Ing Murbeng Dumadi dengan ritual biasa yang suka-suka ia ciptakan sendiri. Perantau ini memang suka sukanya sendiri dalam masalah mengucap syukur. Ia bisa mensyukuri semuanya di mana saja dan kapan saja.

3. Menyalakan water heater dan menyiapkan teh beraroma vanilla sambil mengoleskan margarine di atas roti yang kemudian ditumpuk dengan salah satu selai “koleksi”nya skippy rasa kacang, hazelnut punya nuttela atau strawberry jam dari smucker kegemarannya.

4. Sesudahnya hanya 5 menit bersenam mulut di depan cermin putih kecil yang ia dapatkan ketika asyik menyusuri Cililitan di atas gerobak tua milik penjual cermin yang jualannya berkeliling kampung. Sementara gossip pagi menemaninya di depan TV, maka ia akan sedikit menggerakkan badan mengencangkan perut dan menyetabilkan kaki untuk pemanasan. Tak perlu berkeringat atau sampai ratusan kalorinya terbakar. Sampai ia jenuh dan memutuskan mengambil sikat gigi sambil terus menikmati gossip-gossip hangat yang kalau remot TVnya dipindah hanya menayangkan gossip-gosip itu secara bergantian. Seperti gossip pagi Caterine Wilson yang beradu comel dengan Andy Soraya. “Sory ya, saya ga level dengan orang-orang kek gitu, bukan kelas saya.” Begitu kata Keket. Si perantau kecil hanya tertawa saja.

5. Kemudian  masih dengan bertelanjang ria dan basah-basahan ia akan meneruskan menikmati music-musik mellow dari stasiun TV yang giat sekali memutar video klip penyanyi local yang itu itu saja.

6. Sesudah memanasi Kirananya ia akan meninggalkan petakan kecil itu menuju kantornya di bilangan yang bisa ia jangkau dalam 45 – 60 menit tersebut.

Perantau kecil itu tak memiliki orang untuk dipamiti, diciumi tangannya, disun pipinya ataupun diucapin salam ketika berangkat dan pulang kerja. Sepi. Beberapa saat lalu sebelum kotak berisi chanel-chanel stasiun hiburan itu bisa ia beli (meskipun dengan cara kredit hehehe) hanya sebuah radio dari handphone jeleknya yang menemaninya pagi dan malam. Namun ia hanya bersyukur saja saat ia tak lagi memiliki cinta dari siapapun, ditinggalkan teman-temannya yang tak selalu ada untuknya, ataupun hanya disuguhi harapan-harapan kecil yang jauh dari perwujudan.
Si perantau kecil hanya makhluk kecil yang kebetulan diberi kekuatan dari Sang pencipta untuk bisa memahami segalanya. Bahkan ikhlas untuk dibenci dan kadang difitnah juga kadang dilupakan. Ah, perantau kecil itu hanya memiliki harapan untuk bertahan hidup, bukan yang lain. 

***Perantau kecil "Jangan menyerah!"


Photo : Courtesy From Ms. Arisnawati

8 comments: