Bulan Mei 2008 ini adalah bulan penuh perpisahan yang memang harus dilalui oleh tiap manusia yang mengaku ciptaan Tuhan Sang Pencipta alam beserta isinya. Seperti pepatah jadul bahwa ada pertemuan, ada pula perpisahan. Ada yang terakhir ini selalu membuat kita merasa sedih. Setidaknya bulan ini ada beberapa perpisahan yang harus terlewati.
Perpisahan pertama adalah teman cool-ku yang akan meninggalkan negeri tercinta menuju salju yang akan dia taklukkan untuk sekedar bekerja menunjukkan kepiawaiannya mencangkul dan menyebarkan benih-benih tanaman di atas butiran salju yang kian menggunung di Alpen. Meskipun jauh dan jarang bertatap muka di bawah langit katulistiwa ini, aku sadar akan kehilangannya. Setidaknya dia tak akan berada di tempat dengan presiden yang sama denganku, SBY (halah!) Atau ketika aku menimpakan kaki ke bumi ibu kota, dia tak akan menemaniku jalan-jalan lagi sambil cengengas cengenges ngomong ga keruan, dari meledekku soal Alien hingga menyemangatiku untuk kuliah lagi dan memanas-manasiku untuk janjian ketemu main ice skating bareng di Gunung bersalju itu. (duh… semoga tercapai ya… kalau kesampaian kita bisa jual lontong balap n sate kerang di pintu masuk Alpen kali ya bro? – impian si kere banget deh). Entahlah padahal baru dua kali saja aku mendaki bersamanya, itupun di sebuah gundukan kecil di belantara kota Batu, tek tok pula dan di turunan palsu benama ayek-ayek (hahaha palsu.. secara dusta turunannya). Namun aku sudah merasa asyik saja ngomongin hal yang ga penting dengannya. Apalagi cela mencela. Kuanggap sebagai penguji imanku. Hahahaha… Untung deh masih sempat bertemu dengannya ketika ke Jakarta kemarin.. Cakap smart dan funny-nya akan selalu terngiang di telingaku. Above all I’ll be missing him…
Kedua dengan satu komunitas di mana aku mengisi hari-hariku dengan mereka selama beberapa tahun belakangan. Menangis dan tertawa dengan komunitas sederhana melalui media pengikat bernama mailing list. I guess it’s time to be realistic.
Perpisahan ketiga dengan sebuah hati yang harus diikhlaskan untuk mengarungi pilihannya sendiri. Terima kasih sudah menemaniku berjalan sejauh ini. Tanpa lelah memegang lenganku saat aku letih dan meminjamkan hati meski hanya sejenak. Aku akan melangkah sendiri lagi. Tak mengapa, eidelweis dan savannah itu masih menungguku meski tanpamu. Jadi aku akan hanya berdoa untuk kebahagiaanmu dan tetaplah tersenyum dan mencelaku kapanpun kau ingin. Semoga bahagia untukmu selalu kakakku . Semua akan baik-baik saja.
Jika perpisahan ini menjadikan hidupku makin indah, aku rela Ya Allah…
mengingatkan aku pada....
ReplyDelete'The End is The Beginning of The End'
by. U2
trus lu mau pisah ama sapa lagi san ....hehehehe
ReplyDeletegmn kalo balap karung dari dan ke puncak alpen san?
ReplyDeletehehehehe...
=============
Liebe San
du gefallt mir gut....
ich gehe leider nach Schweiz
aber du argerst mich nicht.
ich glaube, dass wir irgend zeit wieder treffen
viellecht in Indonesia oder andere Land..
hmm, Amerika hort sich gut an...hehehehe
nur drei mal treffen wir.
das ist genug fur mich und dich
wir verstehen uns einander
ich finde, dass du super zukunft hast..
Viel erfolg
Bis Bald
Ich werde dich immer errineren
Vielen dank.
Liebe Grusse -- idur
lo cari aja transletannya di internet yah...hehehe..
aku ngga pengen berpisah denganmu By. Kita belum ke Paris Lho... :)
ReplyDeleteapapun artinya Rud, yang aku tau kamu itu lucu dan pasti ngangenin.
ReplyDeleteBawa jaket tebal Rud, Alpen beda ma Malang :p