Day 1 Probolinggo-Bremi
Team dirombak total setelah rombongan besar dari
Day 2 Bremi-Taman Hidup
Setelah istirahat semalam di pondok pendaki di Bremi, paginya kami memulai pendakian. Sawah dengan jalur yang menanjak adalah welcoming track buat kami. Makan siang dengan menu yang sama seperti sarapan pagi tadi tak menjadi masalah buat perut-perut yang mulai lapar.
Sebelum acara tidur, kami bertiga bergaul ke tenda-tenda cari makanan tambahan perut. Maklum kami termasuk high class group yang nyamar jadi pendaki miskin. Bletaxxx! Hehehe…. Eh, mampir ke tenda om Bongkeng, dapat ransom dari tante Enoy. Roti gulung sosis buat bekal besok pagi. Makasih mak’e………….
Day 3
Kabut pagi dan danau menjadi view attack yang membuat aku, Buluk dan Mahe tergoda untuk bernarsis-narsis di pagi hari. Padahal mulut bau naga, muka kucel tapi ga menghalangi kami untuk berlari menuju pinggir danau untuk nyicipin morning dew.
Pagi itu pizza menjadi appetizer kami sebelum melakukan pendakian berikutnya. Gimana Luk, He? Mamamia bukan? (Sok
Berbagai tanjakan kami lewati. Yang paling membuat kami tersiksa adalah saat kami tiba di
Keep on moving to Sisentor
Malam itu setelah makan malam di Kali Putih, Ory the leader berada dalam posisi kejepit yang mengharuskan ia membuat keputusan untuk tetap berjalan memenuhi target, Sisentor ataukah tetap berada di kali putih. Dari beberapa orang yang dimintai jawaban meminta untuk tetap meneruskan perjalanan dengan pertimbangan waktudan jarak akan lebih pendek menuju puncak dan lapak untuk mendirikan tenda yang lebih luas daripada di kali putih. Blothonk memilih tinggal di
“Apa akan membuat kaki lumpuh seumur hidup mas Ory?” Tanya Mahe. Hemmm keknya Mas Ory n Mas Bowo makin stress ketemu pertanyaan macam ini. Setelah voting dan mendengarkan masukan-masukan dari semua peserta, diputuskanlah untuk lanjut menuju sisentor oleh si pemimpin. Ide mbak Heny untuk berjalan serapat mungkin dan menunggu yang ada di belakang langsung dikabulkan dan dianggap sebagai keputusan mutlak, ga boleh ada satupun peserta yang terpisah. Keril mbak Ika dibawa oleh Rian, hope she can walk. And yes, she could. Perintah untuk mengenakan jaket berdobel disanggupi dengan cepat oleh semua anggota. Kuperhatikan Mahe hanya memakai celana selutut lagi. Wow….. ada kekhawatiran juga mengingat cerita Buluk tentang pasangan homonya ini. semoga dia ga breezed di tengah jalan.
10.30 p.m. we were so tight to walk. Ga ada yang berjalan cepat, andai dirasa terlalu cepat pun, peserta yang di belakang pasti dah teriak “break” dan mereka yang di depan pasti siap siaga menghentikan langkahnya.
Malam yang hangat meskipun hanya bertemaram headlamp. di depanku cahaya sangat terang, ada Mahe sih. Hahahaha….. namun saat Mahe pindah posisi, Blothonk menghalangi, dia cuma bawa satu senter, terus adiknya? Harus pake penerangan kalbu yang didapat dari remang-remang cahaya mas-nya (Mas, itu yang bikin kamu milih tinggal di kali putih ya? Karena bawa senter Cuma satu? Udah gitu kehabisan baterei???? Hahahahha….. gw suka
Malam itu indah. Kami melintasi savanna -yang mungkin akan lebih indah di siang hari- ditemani hawa dingin yang kadang sampai terasa ke tulang rusuk. Kadang kami juga berhenti untuk menarik napas di, kesempatan itu kami puaskan untuk melihat jutaan bintang yang di atas kami. Dalam keheningan kulihat bintang jatuh.
“San lw lihat ada bintang jatuh ga barusan?” Tanya Buluk yang masih menjagaku di belakang.
“Oh lw liat juga ya Luk?”. Jadi keingat film
“Iya tapi cepet banget. Make a wish apaan lw?”
“
My wish at that time “ Gw mau teman hidup yang extra ordinary, yang luar biasa di mata gw.” Yuuuukkkkkkk. Btw, ngefek ga sih make a wish when watching the falling star??
Bintang jatuh kedua yang kulihat lebih indah, lebih jelas dan aku ngulangin lagi making wish, kali ini kusebut nama yang mungkin luar biasa itu.
Maapkan aku ariel, kalo malam itu kamu ga bisa tidur karena kusebut terus (Huekekekekekkek).
Kami juga melalui hutan dengan berbagai belukar dan mungkin resiko kesruduk babi yang lagi cari makan di malam hari????? keknya malam itu ga ada babi sama sekali yang say hello to us (sssttt pengakuan Mas Ory di sikasur, ternyata malam itu banyak banget babi di kanan kiri barisan kami, untung babi-babi malam itu masih bisa ngempet napsunya nyruduk kami!!!! =))
Tepat pukul 1 dini hari, (sesuai estimasi) kami tiba di Sisentor. Baru bongkar packing untuk set up tenda, kulihat Mahe terkena syndrome breezed. Dia kebingungan dan bilang kalo sudah mati rasa kaki dan tangannya.
“He, Lw cepet masuk tenda” Perintah Buluk beberapa saat setelah tenda berdiri.
Setelah tenda terpasang, buru-buru kuambil SB dan kompor untuk Mahe supaya dia merasa hangat.
“Dah nyalain nih kompor, gw ambil ambil barang-barang yang lain dulu.” Kataku. Wajah Mahe pucet dan lempeng banget karena dingin.
“San gw ga bisa nyalain kompor ini.”
What a Mahe!
Setelah semua agak beres, kami langsung tepar sampai pagi.
What a hard Night, But so memorable in my life.
Day 4 Sisentor-Puncak ArgoSpuro – Rengganis – Sisentor
Yudiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…….. ambil air ya.” Dan aku menguap lagi menelusup dalam SB melawan dinginnya udara di luar
“San jerigen dah ga ada” kata Buluk.
Hah??!!
Belum hilang rasa kaget ini, Yudi muncul di depan tenda kami yang masih rapat ketutup sambil membawa jerigen berisi air dan bersiap masak nasi. Aku dan Buluk hanya geleng-geleng kepala. Yudi gitu lho!.
Setelah memasak bekal buat summit attack, aku bersih-bersih diri di sungai
N karena barang-barang ditinggal di tenda, kami berangkat tanpa beban. Beberpa kali berhenti untuk berfoto di savanna yang menawarkan jutaan eidelweis. Sempat berhenti juga kami di Rawa Embik. Nyamaann banget tuh tempat
Suara merak menyambut kami di savannah menjelang puncak Argo dan Rengganis.
Menjelang pukul 3 sore, akhirnya Puncak Argo tergapai. Saling mengucap selamat dan berpelukanlah kami sore itu. Alhamdulillah……..
Kekaguman kami berlanjut di Puncak Rengganis yang lebih bervariatif dengan peninggalan-peninggalan berupa punden. Sesajen-sesajen masih banyak bertebaran di
Lewat pukul 5 sore kami kembali ke Sisentor. Sampai di markas kira-kira pukul 7.30 sesudahnya langsung fall asleep.
Day 5 Sisentor – Sikasur
Bisa dibayangkan rasanya??? Rasa yang sudah pas tadi, ketambah rasa asin. Waktu awal aku cobain awalnya cukup enak, tapi kok rasanya asin banget ya. Bisa dicela masa nih…. L.
“Hem…. Enak sih. Tapi asin banget cuk!” Tanpa tedeng aling-aling Buluk mencela nasi goreng itu.
“Lo, ya iyalah
“Yud, gimana? Enak
“Enak mbak. Tapi asin e….”
“Yo iyo. Iku
“He, makan donk. “ Tawarku pada Mahe.
“Nggak ah… ada bawangnya.”
”Ga ada he…. Ini ga pake bawang.” Aku ngeles subject mater yang lain. Gimana kalo dia sempet tau kalo nasgornya asin se-anjrit-anjrit gitu?
“Ini apa bukan bawang!” protesnya
“Itu kulit bawang kok” Tetep ngeles. Tapi jebakan batman ga berhasil.
Akhirnya hanya Rian yang mau makan karena rasanya sesuai lidah sumateranya. Udah gitu habis dilahapnya juga bagianku. Ga papa deh. Aku juga dah kehilangan selera.
Sikasur I’m in love with you
Masih di hadapan kami, Mas Ory bercerita layaknya Guide professional yang tahu seluk beluk Argo lebih banyak dari kami, membuatku merinding. Terutama bagaimana orang-orang pribumi ini dihabisi setelah dipaksa menjadi romusha untuk menata Sikasur supaya pesawat – pesawat tentara Sekutu tak bisa mendarat di atas rumputnya. Kira-kira di mana kuburnya? Hal ini yang membuat Buluk dan Mahe beraksi menjadi detektif gadungan selama beberapa saat sebelum mendirikan tenda. Berjalan ke sudut-sudut hamparan savanna sikasur, menebak-nebak kuburan masal itu.
“ Luk, pohon ini mencurigakan ya, berdiri sendiri di tengah-tengah. Lw inget kejadian G30S PKI ga?” Seperti itu Mahe memulai kecurigaannya sebagai awal investigasi.
“ Bisa jadi He, banyak yang aneh sih…” Timpal Buluk
Setelah berkeliling sebentar, kami sepakat mendirikan tenda di atas bangunan yang Mas Ory sebut dulunya merupakan
“kek-nya pintunya hadap sini He”
“Bukannya di situ Luk?”
Yang jelas lagi, kali ini kami betetangga dengan tenda Mas Ory dan Blothonk family. Asli banyak lucunya.
3 bidadari sikasur mandi ala Suku Dayak
Mandi sore itu tidak masuk dalam agendaku. Namun Mba Enoy dan Mba Heny berhasil membujukku untuk ikut mandi di sungai abadi ini di satu sudut yang kira-kira aman dari incaran. Ya…. at least sudut-sudut kami ga akan terlihat jelas kalau ada yang lewat. Mandi kali ini rame dan berisik banget. Dikejar-kejar oleh air yang dingiiinnn banget, ketakutan akan ketemu ranjau yang mengalir dan yang terheboh adalah ketidakenakan kami jika ada cowo-cowo lewat melintas bukit kembali ke markas, ya secara manusia gitu lo apalagi cowo, apapun yang menghebohkan pasti membuat mereka ingin tau dan melihat secara refleks. Jadi buru-buru kami menghadap ke arah berlawanan tiap kali mereka melintas, kami Cuma merasa ga enak sama luna maya, gimana kalo habis melihat kami mandi, mereka jadi ilfeel ma pacarnya Ariel ini? (gossip dikit gpp
Menghabisi Mahe dalam tenda
Semua bermula dari keinginan Mahe untuk mengganti posisiku di tenda itu dengan Mba Heni yang di mata Mahe lebih jago masak dibanding San. Bekali-kali bacotnya memanggil “Heni”. (Mbak Heni jangan marah ya digosipin dikit, secara Mahe yang mulai duluan. San Cuma penyambung lidah aja. Syuku-syukur kalo jadi. Uhuir…. Hehehehe)
Habis gelap terbitlah terang, Kong Farid main ke tenda kami. Sebagai leader group mba Heni, kami panas-panasin Mahe… Sumpeh baru kali ini He, selama 3 malam aku setenda ma kamu, wajahmu ga pernah seculun dan se-desperate itu gara-gara scenario perjodohan ini. Hahahahahaha…. Tararahu!
Suasana makin panas dengen kedatangan Kong Nanda, Bara, Blothonk, Mas Ory, Sentot, dan Kisut dalam tenda kami. Alhasil, perut makin sakit… Masih kurang puas juga??
Acara ini dilanjut di tengah lapangan dengan nyala great fire. Di situ kami tumpahkan semuanya, uneg-uneg dan kesan-kesan atas perjalanan panjang ini. Seems like we’re family. Bintang – bintang di atas kami membuat suasana makin indah…
Acara malam di tenda ditutup dengan keberisikan tenda sebelah kami. Yup tetangga kami, Blothonk yang ketindih adiknya mengocok perutku sebelum terlelap. (Mungkin karena di
Day 6, 17 Agustusan di Sikasur
Mungkin aku takkan pernah lagi menggapaimu
Namun ijinkan aku mengukirmu dalam tiap napas kenanganku
Untuk warna-warni rumputmu,
Kokohnya pohonmu,
Luasnya savanamu,
Jernihnya sungaimu,
Ijinkan aku jatuh cinta padamu
Ijinkan aku mengagumimu
Ijinkan tetes air mata ini kujatuhkan untukmu
I’m in love with you
Keindahan sikasur hampir membuatku menangis saat ku ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil menatap si suci dan gagah berani berlatar langit biru dan terangnya mentari abadiMu. Mungkin yang lain juga deh.
Tangis itu kontras dengan suasana haha-hehe yang muncul di awal upacara 17 agustusan yang dibuat mendadak dan spontan ini. Mahe yang bertindak sebagai pemimpin upacara benar-benar TOP BGT, kocak. Serbuuuuuuuuuuuuuuuuu…….
Tak berapa lama kami meninggalkan Sikasur. Sungguh agak berat meninggalkan surga ini, tapi kami harus pergi menuju baderan untuk mengakhiri perjalanan panjang ini.
Makan siang kami lakukan di mata air 1. Sisa logistic kami masak bareng-bareng. Menu siang itu terasa rame dan lezat karena itulah satu-satunya saat di mana kita masak dan makan bersama tanpa membedakan group warna group.
Setelah makan selama sejam kami meneruskan perjalanan. Aku masih berjalan beriringan dengan Mahe, Buluk dan Tika menikmati tanjakan Anjrot dan turunan berdebu nan panas. Sempat pula kami bertemu 3 ekor rangkong yang terbang dari pohon. Wow … what a bird.
Senja mebawa kami melintasi sawah-sawah penduduk dan batu-batu terjal menjadi pijakan kaki yang makin membuat kaki kami lecet dan sakit. Terdengar kabar mas Ory jatuh lagi dan keseleo lagi, tapi dari kejauhan kami melihat si mas satu ini masih kuat berjalan. Gilaaaaa perjuanganmu itu bikin aku geleng-geleng kepala.
Kira-kira pukul 8 kami sampe di pos pendaki baderan.
Usai sudah perjalanan panjang nan indah ini……
Percakapan- percakapan Sok nge-brand
Di Rawa Embik sambil melepas lelah,
Buluk: Nih… makanan enak nih. Liat aja mereknya karrimor.
Ngakak
Sentot: Ngeluarin roti tawar “enakan ini buatan eiger seri 80an”
Ngakak lagi
Day 1 otw ke Taman Hidup, saat kami sama-sama kelelahan
Rian : Wah.. trecking poolnya merk apa nih mas?
Farid: Damar
Sebel bangetttttttt
Ancaman Tante Enoy di sungai pas kami mandi
Enoy: Awas ya kalo laki-laki itu pada ngeliat kita mandi, kupanggil Bapakku kusuruh nembak pake tramontina
Aku, heny ketawa sambil ngeguyur badan pake panci kecil yang ga tau merk apakah.
Pas Masak di depan tenda
Rian : makai tranginya sambil nyebutin harga “Ini Rp675XXX
San, Buluk, Mahe… nguap haaaaaaaaaaaa
Mahe: Leatherman dalam Osprey yang mahal itu
Pesan Moral :
Jalan bareng dengan Merk seabreg memang penting, tapi yang lebih penting lw bisa nahan ego lw pas jalan bareng. Bukan jalan tapa menghiraukan siapa dan bagimana yang ada di belakang lw. Itu pesan dari pendaki leled.
Allah the Great Almighty yang melindungi dan menguatkan kami untuk keep menggapai tanah-tanah tinggi Mu.
Ayah-Ibu di rumah atas ijinnya. Maap pas pulang aku bikin kalian histeris.
Keluarga Besar Mas Ory di Probolinggo Rujak di akhir perjalanan buat kami, Uenakkk poll.
Yudi, Porter setiaku yang haha hehe aja. Porter-porter lain yang juga mewarnai perjalanan ini.
Pasangan threesome-ku setenda yang luar biasa, Mahe n Buluk. Hemmmm San terhibur banget ketemu kalian berdua. Maap ya He, kalo kamu ga suka masakanku. Aku Cuma pura-pura ga tau kalo kamu ga seneng masakan ber aroma bawang. Hahaha. Luk, ntar kita naik bareng lagi ya… Mahameru menantimu. :D. Ajakin Mahe juga!
Mas Ory, kawan baru yang kutemuin di trip ini, san mau tuh belajar lagi darimu. Next time ajakin san ya…. :D
Bang Nanda, Mas Farid akhirnya setelah sekian lama nunggu kesempatan jalan ma 2 engkong ini, kesampaian juga di trip panjang ini. Seneng deh….
Om Bongkeng, kaki oglek ternyata ga ngalangin buat nanjak jalanan Bremi ya? Gw bener-bener jatuh cinta ma semangatmu.
Tante Enoy sayang, ternyata kita masih bisa ketemu lagi ya. Kau tetap tante-ku yang nyaman buat kusandari pas san pengen bermanja. Makasih buat Ransumnya. Asli mantab.
Kisut n Sentot. Ga tau mo komen apa buat 2 orang ini teralalu banyak sih kalo dijelenterin hiks.. oh ya Mas Sentot, kata Ayah kalo mas kawinnya Cuma handpone aja kurang kek-nya. Hahahahaha. Sut, si Juki kenapa ga dipiara? Heh, balikin celana SD gw!! J
Andy, Badung makasih buat mau direpotin bawain buavita n Coca Cola titipan Mbeng. Tapi Coca Colanya sapa yang habisin? Kok aku ga ngerasain ya? (Ngelirik Bang Nanda). Tunggu aja kedatanganku ke Jogja pasti aku lebih ngerepotin kamu. Hiks….
Blothonk n adiknya Bara… ngakak terus liat kalian berdua. Jangan bawa beras ma Mie mulu dunk…. Pendaki
Mbak Amy, brownisnya mantab banget buat di gunung.
Mbak Hen, kutunggu wisata kulinermu di
Mas Bowo, tenang jarak kita
Rian, rekan se tim-ku. Huh….. U need to learn more bro. Hiking is not just a mater of brand, it’s more than that.
Ikram, gw sebel ma cowo narsis yang ga bawa kamera tapi minta dipoto terus. Hehehehe kidding cuy. Tapi lw lucu juga. Kudoain deh dapat perempuan Uzbekh. Siip. Next time ikut Kong Nanda lagi ya…
Dan semuanya yang ga bisa ku sebutin satu-satu. Semua membawa kesan tersendiri di mataku.
San juga minta maap kalo dirasa sikap san kurang berkenan, bawel dan agak kasar secara aku wong Suroboyo coret gitu lo. Mungkin nanti kalo kursus kepribadianku di John Robert Power kelar, aku ga akan mendaki lagi. Ngapain juga naik gunung kalo badan jadi dekil, kaki lecet dan muka ancur kek gini. Siapa suruh naik gunung. Jorok tau! Hahahahaha….
Prett (sebelum disela Kong Farid).
Argopuro with love,
keren euy..san...!!! thanks for sharing...asyik banget petualanganmu...dan semangatnya...wuah...pokoke..keren deh..!! salam buat teman temanmu..jadi terkenang masa lalu nih..he..he..!!
ReplyDeletemakanya Je cepet balik sini.... ntar kita jalan bareng. Jangan ngeliatin patung liberty terus. Bosen. hehehehe.
ReplyDeletejanji ya....nemenin naek gunung..he..he..!!
ReplyDeletecatpernya bikin kangennnn...perjalanannya, orang2nya...:(
ReplyDeleteTahan dulu kangennya bro. Ntar pasti ada saat kita jalan bareng lagi. :d.
ReplyDeleteSebel soalnya kamu ga kena jebakan batman nasi goreng :d
Seru ya ceritanya, bagus nih gaya penulisannya saya suka
ReplyDeletemasih belajar bang Hend. Makasih dah mampir....
ReplyDeleteanjrit....garai pengen ndaki lagi.....tapi ini perut dahbuncit kudu lari-lari lagi kalo mo ndaki hahahahahahaa
ReplyDeletebener bener cerita perjalanan yg mengasikan buat dibaca,keren San
ReplyDeletesalam damai
ori
salut cerita polosnya tentang merk :-D.. masih inget tampang lucu-mu dengan 'karrimor' di depan term.probolinggo.. pengen ngakak tapi entah kenapa sampai akhir pendakian jaimku gak ilang-ilang.. *miss u girl*
ReplyDelete