Monday, August 11, 2008

To Write is to Express

“Lu nulis aja. Kalau keburu merit, ntar inspirasi Lw ilang lo.”

Saya tertegun membaca message seseorang yang ia tulis tadi. Kebetulan teman saya ini suka membaca tiap tulisan tentang perjalanan yang saya lakukan. Sesuatu yang sudah jadi kewajiban untuk saya goreskan ketika selesai melakukan perjalanan. Rasanya ada hutang untuk tidak berbagi cerita seru dalam tiap perjalanan yang saya lakukan. Biasanya sih, apa yang orang-orang di sekitar saya lakukan itu terekam kuat di otak saya dan jika menarik saya tulis, biasanya akan saya abadikan dalam beberapa sudut cerita yang membumbui cerita tersebut.

Mungkin benar jika dikatakan bahwa tulisan itu bermutu ketika kita tidak monoton menggunakan pilihan kata, disusul dengan penambahan informasi yang super lengkap dengan gaya bahasa yang asyik, bukan seperti pemberitaan formal ataupun dibikin komedi supaya pembaca bisa membedakan antara lawakan dan catatan perjalanan yang sebenarnya.
Namun saya sangat setuju jika ada yang berpendapat bahwa ruh satu karya tulis adalah dari pengalaman si penulis sendiri. Mari ambil contoh kasus tulisan bertemakan “cinta” yang sering jadi bahan obralan dalam karya tulis. Jangan berharap orang akan merasukkan kisah cinta yang luluh lantak ataupun yang mengharu biru ke dalamnya jika si penulis tidak pernah merasakan cinta yang sesungguhnya. Seorang menulis tentang kisah perselingkuhan dengan riuh rendah dan mempesona juga akan dapat dinikmati orang lain jika ia pernah merasakan angin nadi yang naik turun dalam kesedihan bercampur kebahagiaan. Saya pernah mencoba menulis tentang cerita sains fiction mengenai UFO meskipun saya memiliki banyak referensi tentang si piring terbang itu tapi saya sunguh-sungguh tidak merasakan jiwa saya ada di situ. Dan bisa ditebak, kalimat pertama yang muncul ketika saya menyerahkan karya itu ke seseorang, dia bilang kurang sedap.

Contoh lain adalah seorang teman nan jauh di sana yang selalu saya kagumi bentuk tulisannya benar-benar terasa ruhnya ketika ia sedang jatuh cinta. Namun ketika cinta membuatnya terpuruk, tulisannya makin indah. Dan saya makin senang membacanya, menikmatinya. Tapi sayang akhir-akhir ini dia tidak menulis dengan dahsyatnya. Usut punya usut ternyata dia sedang menjalani hidup yang biasa-biasa saja tanpa perasaan cinta yang mendalam yang mewarnai hari-harinya. Juga tanpa sakit hati yang membuatnya malas membahas semua cerita hidupnya.

Tapi cinta, konflik dan patah hati saja tak cukup. Diperlukan sebuah cerita yang benar-benar mendalam. Hana (bukan nama sebenarnya) dulu begitu hebat membuat pembaca menunggu karya tulis berikutnya. Termasuk saya sebagai salah satu penggemarnya. Namun ketika Hana dihadapkan pada kisah cinta yang biasa-biasa saja ternyata tulisannya jadi sangat hambar (menurut saya). Sudah tidak memacu adrenalin lagi seperti sebelumnya ketika ia sedang bergulat mendapatkan cinta yang sesungguhnya dari lawan jenisnya.

Lalu apa hubungannya dengan ucapan teman tadi? Apa saya harus menunda untuk menemukan kebahagiaan abadi berdampingan dengan seseorang? Lalu tetap berada dalam konflik dan menjalaninya supaya saya bisa menulis dengan indah?

Entahlah. Yang jelas untuk seorang susan yang hidupnya sering terdampar pada “derita” plus “bahagia” (ciee bahasanya) adalah suatu kepuasan tersendiri bisa membagi cerita dengan para pembaca. Saya juga sadar bahwa saya selalu meniupkan sedikit selentingan kecil yang bergolak dalam hati ketika saya bahagia ataupun ketika saya terluka dalam tiap catatan perjalanan yang saya persembahakan untuk teman-teman saya. Rasanya puas sekali bisa mengekspresikannya dalam warna kata yang saya tuangkan di atasnya. Seorang yang pernah mengalami patah hati akan bisa tiba-tiba menjadi “expert” ketika menuliskan sakitnya, begitupula seorang yang sedang dilanda cinta, kesedihan yang ia tonjolkan di karyanya seakan-akan menjadi sebuah hal romantis yang patut dinikmati semua orang. Dan seorang yang pernah mengalami drama hebat petualangan antar galaxy pasti akan membuat para pembaca ingin dan ingin lagi membaca tulisannya.

Intinya ketika sudah mengalami masa-masa hidup yang lurus-lurus aja, saya kira karya tulis seseorang hanya akan menjadi sebuat flat and bare works. Tidak ada naik turunnya, kurang sense of attraction-nya. Kalau dalam dunia masak memasak namanya cemplang alias hambar. Berbeda dengan orang yang sedang berada di kehidupan yang mengalami pergolakan (let’s say so) tulisannya akan berasa lebih hidup karena ada emosi yang tersangkut di dalamnya. Dan kembali pada dunia kuliner, karya macam ini serasa sedap dan membuat orang ingin nambah dan nambah lagi untuk mencicipi menu yang ia sajikan

Hem, sepertinya saya sudah mulai bisa merasakan tulisan yang saya buat hambar atau sedap, seperti halnya kemampuan saya untuk merasakan adanya jiwa seseorang terbalut dalam tiap titik, koma dan symbol-simbol lain yang menghiasi kata dalam tiap kalimat yang mereka penulis buat.

Keep on writing, guys!

15 comments:

  1. teruskanlah untuk tetap menulis san... :)

    ReplyDelete
  2. keep...keep...keep...keeepiting saus padang....maknyussss

    ReplyDelete
  3. san... kak tie salah seorg peminat tulisan san hehe...
    teruskan menulis ya :D
    keep it up... !!!

    ReplyDelete
  4. tetap setia mbaca tulisanmu kok.. San...

    ReplyDelete
  5. Tdk semua org punya kemampuan utk menulis dgn "bermutu". Ketika ada org yg ingin berbagi pengalaman, opini, atau apapun lewat sebuah tulisan yang "tidak bermutu", maka hargailah. Krn dia telah mencoba memberikan apa yg sebenarnya tidak ada pada dia.
    Keep writing sis..!

    *tumben gw serius..>_

    ReplyDelete
  6. makasih kak Tie..
    Kapan ke Indonesia lagi? naik gunung bareng lagi :)

    ReplyDelete
  7. sumpah nih malu tulisanku dibaca idola.
    Aku selalu menanti tulisanmu juga mbak Aris... Plus menanti jalan bareng mbak. Biar makin seru n saru :D

    ReplyDelete
  8. iya. tumben lw serius.
    Itu ungkapan hatimu apa piye? :D

    tengs yo.. :)

    ReplyDelete
  9. maab ya San.. nggak sempet ingpoh2... :D kemaren katanya mau ngikut ke pangrango ya? kita susun trip aja lagi ya. aku n swasti lagi susun rencana. awal tahun depan keknya. kamu ngikut ya?

    ReplyDelete
  10. Insya Allah ikutan mbak.
    Nunggu Ms. Swasti juga mo ke Surabaya katanya.
    Btw, jalan ke mana neh? :D

    ReplyDelete
  11. mau hunting foto ... :D

    *detailnya ntar nyusul ya*

    ReplyDelete
  12. cuma mau bilang ini aja San...
    Tulis...Tulis...Tulis.

    ReplyDelete
  13. menulislah dengan hati.. maka aku pun akan menemukan hati itu disetiap tulisan, bahkan disetiap pemilihan hurufnya...
    baca-baca.. :D

    ReplyDelete